GEROKGAK – Meski batu akik Pulaki, Pemuteran, Gerokgak tidak setenar dulu, namun masih tetap menjadi primadona sampai saat ini.
Bahkan batu akik Pulaki masih tetap diburu pencinta batu akik. Salah seorang pengerajin batu akik pulaki Komang Sukiarta, 46,
yang tinggal di Banjar Melanting, Banyupoh, mengaku, penggemar batu akik Pulaki, Pemuteran, tak pernah mati. Selalu diminati dan masih banyak dicari masyarakat. Terutama pencinta batu akik.
“Yang paling banyak diburu batu akik dengan corak warna dan jenis. Seperti batu akik badar Pulaki, bebet merah, putih, hitam dan hijau.
Selain itu, banyak yang mencari dan panca warna batu Pulaki dan tamur emas. Sayangnya bahan batu akik ini susah ditemukan,” terang Komang.
Menurutnya, produksi batu akik Pulaki per hari tidak menentu. Namun rata-rata 25 biji batu akik bisa dia selesaikan.
Selama ini pembeli batu akik lebih banyak dari luar Buleleng. Seperti daerah Denpasar dan Badung. Batu akik yang diburu tetap badar Pulaki yang memiliki corak emas dan perak.
Kemudian bebet pulaki. “Saya lebih banyak terima pesanan batu saat ini. Kalau untuk menjual paling laku 3 sampai 5 batu akik pulaki.
Badar pulaki dan bebet pulaki saya jual seharga Rp 50 ribu perbiji. Tergantung ukurannya,” ungkap pria yang menjual batu akik di parkiran Pura Melanting ini.
Menurutnya, batu pulaki tak bisa pudar namanya dan masih banyak dicari dan tetap eksis. Selain memiliki nama, juga karena punya pasar sendiri khusus masyarakat Bali.
Karena ada keyakinan batu akik memiliki nilai magis. “Dalam sebulan penjualan sekitar Rp 2 juta sampai 3 juta,” ujarnya.
Untuk material batu akik didapat dari alas (hutan) Pulaki. Di Pulaki sendiri ada 25 titik lokasi galian batu akik yang jarak dari desa ke lokasi pencarian sekitar 7 kilometer.
“Untuk harga batu akik yang kualitas bagus harganya tembus Rp 1 juta sampai 1,5 juta. Yang paling mahal batu akik tapak dara dan hijau tabur emas,” tandasnya.