SINGARAJA – Masalah pengadaan seragam bagi siswa di SMPN 2 Sawan, ternyata ibarat api dalam sekam.
Sempat diprotes karena seragam siswa tak kunjung jadi setelah enam bulan dipesan, kini muncul dugaan bagi-bagi fee seragam.
Konon aliran dana keuntungan pakaian seragam itu, diserahkan pada sekolah dan digunakan untuk kepentingan pribadi.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali menyebukan, pengadaan pakaian seragam bagi siswa baru di SMPN 2 Sawan, memang dinaikkan harganya.
Harga normal untuk tiga stel baju siswa, sebenarnya hanya Rp 450 ribu. Biaya pembuatan baju itu kemudian dinaikkan menjadi Rp 600 ribu per siswa.
Dari mark up harga itu, disebut ada fee sebesar Rp 15 juta. Uang fee itu kemudian diserahkan pihak konveksi kepada oknum guru di sekolah bersangkutan.
Fee kemudian dibagi-bagi pada komite dan untuk guru serta pegawai di sekolah bersangkutan. Fee untuk komite sekolah sebesar Rp 7 juta, sementara fee bagi guru dan pegawai Rp 9 juta.
Salah seorang mantan anggota Komite SMPN 2 Sawan, Kadek Bendesa tak menampik hal itu. Secara gamblang ia membeberkan aliran fee dari konveksi kepada sekolah.
“Ada proses pengangkatan (mark up) harga Rp 50 ribu per siswa. Katanya itu digunakan untuk proyek semenisasi,” kata Bendesa.
Bendesa bahkan mengaku menerima aliran fee sebesar Rp 2 juta. Fee itu didapat dari jatah untuk komite sekolah. Sementara sisa jatah Rp 5 juta, masih dibawa oknum guru di sekolah setempat.
“Saya terima Rp 2 juta, yang Rp 5 juta itu masih dibawa sama oknum guru. Saya sempat tanya sisa Rp 9 juta kemana, katanya dibagi pada guru dan pegawai di SMPN 2 Sawan,” ujarnya.