GIANYAR – Selama 2019 lalu, jumlah bencana di Kabupaten Gianyar mencapai 251 kasus.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar AA Oka Digjaya, menyatakan bencana pohon tumbang paling mendominasi. Disusul mencana tanah longsor.
Kemudian banjir akibat sampah.
Berdasarkan rekap data sepanjang 2019, kasus pohon tumbang sebanyak 173 kasus. Disusul tanah longsor dengan 20 kasus. Lalu banjir akibat sumbatan sampah sebanyak 45 kasus.
Mengenai dominasi pohon tumbang disebabkan adanya angin kencang yang datang secara tiba-tiba. Banyak kasus ditemukan karena pohon yang telah rapuh.
“Di luar kasus tersebut ada kasus evakuasi di laut,dan evakuasi di jurang,” ujar Oka Digjaya yang akhir Januari 2020 ini purna tugas.
Meski tidak dirinci dengan jumlah kerugian secara material, dia mengaku kerugian secara keseluruhan mencapai miliaran rupiah.
Sehingga dengan banyaknya bencana diakibatkan oleh pohon tumbang diharapkan masyarakat lebih waspada.
Selain itu merawat pohon yang ada di sekitaran rumah masing-masing agar tidak sampai tumbang ketika diterjang angin dan hujan.
“Namun ada yang lebih berharga dari materiil tersebut, rasa nyaman dan tidak was-was,” jelas pria asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati itu.
Kata dia, ini menjadi perhatian masyarakat Gianyar. “Warga Gianyar kami harapkan lebih waspada terhadap pohon di sekitar pemukiman. Kalau rindang dan berpotensi bahaya, segera dipangkas,” pintanya.
Terkait perabasan perindang,Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gianyar dengan 45 personil selalu siaga membantu warga untuk melakukan perabasan pohon perindang yang berpotensi tumbang.
“Kami selalu siaga, kalau ada perindang yang kiranya kesulitan untuk ditebang, TRC BPBD siap turun. Moto kami Gerak Cepat dan Tuntas,” tegasnya.
Disinggung dengan kesiapan TRC BPBD Gianyar melakukan atensi bencana, Oka Digjaya menyebutkan saat peralatan yang dimiliki sudah mencukupi.
“Tapi kalau ada, kami masih butuh mobil tangga atau mobil crane, sehingga lebih cepat melakukan perabasan pohon,” terangnya
Meski begitu, TRC BPBD Gianyar biasanya meminjam kendaraan crane tersebut di Dinas Perhubungan ketika sewaktu-waktu melakukan perabasan pohon.
“Kami koordinasi lintas OPD, sedangkan kalau peralatan milik sendiri, proses akan lebih cepat,” ujarnya.
Disinggung bencana kedua yang didominasi banjir sebanyak 45 kasus, Oka Digjaya menjelaskan banjir yang terjadi sebagian besar akibat sumbatan sampah.
Dengan adanya bencana banjir tersebut, mengindikasikan masyarakat Gianyar belum peduli terhadap pengelolaan lingkungan yang bersih.
“45 kasus banjir itu sebagian besar karena sumbatan sampah, bahkan ada yang terjadi saat musim kemarau. Ini artinya masyarakat belum peduli terkait sampah.
Kejadian banjir ini karena perilaku manusia, sumbatan sampah didominasi sampah plastik. Saya kira masih banyak warga yang membuang sampah plastik ke selokan atau gorong-gorong,” pungkas pria berkumis itu.