28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:59 AM WIB

Harga Cabai Naik Setara Daging, Petani Buleleng Pilih Panen Lebih Awal

GEROKGAK – Para petani cabe di Sendang Pasir, Desa Pemuteran, Gerogak, Buleleng sumringah. Sebab harga cabe rawit hingga mendekati hari raya Galungan dan Kuningan mengalami kenaikan.   

Harga cabai naik sudah sejak bulan lalu hingga menyetuh Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram di  tingkat petani atau setara harga daging babi 1 kg.

Sementara di tingkat pedagang harga cabai kini menyentuh Rp 85 ribu hingga Rp 90 ribu atau setara 1 kg daging sapi.

Kenaikan harga cabai dipicu minimnya pasokan cabai dan pengaruh musim hujan belakangan ini. Maka tidak heran petani di Sendang Pasir memilih lebih awal memetik buah cabai mereka.

Ini karena khawatir cabai mereka busuk dan rusak. Salah satu petani cabai Putu Sumedana ditemui di kebun cabai miliknya mengatakan dirinya tak menduga jika saat ini harga mengalami kenaikan.

Mulanya harga cabai sempat anjlok sampai Rp 5 ribu perkilogramnya di petani pada bulan April 2019 lalu.

Tetapi begitu bulan Desember memasuki hari Natal dan Tahun baru sampai dengan Februari harga cabai terus melonjak naik.

“Kami bersyukur harga cabai naik, dapat menutupi biaya operasional selama proses tanam, pemeliharaan hingga panen,” kata Sumedana.

Menurutnya, di bulan Februari ini yang sudah memasuki musim penghujan membuat sejumlah petani di desanya memilih memanen cabai lebih awal.

Petani jika menunggu cabai tersebut merah, maka hujan akan lebih dulu membuat cabai dan pohonya itu busuk dan rusak.

“Mau tidak mau meski cabai belum masa panen atau masih muda. Dengan terpaksa kami petik meskipun masih warna hijau,” ucap Sumedana sembari berucap dengan luas lahan 40 are yang ditanami cabai mampu menghasilkan cabai 100 kilogram.

Sumedana menyebut seharusnya cabai yang ia tanam seluas 40 are akan dipanen pekan depan menjelang  Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Dalam satu pohon cabai bisa sampai 4 kali panen. Ini panen sudah kedua kalinya. Tambahnya memetik cabai lebih awal,

setidaknya cabai tersebut masih layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi. “Ketimbang kami merugi, mendingan panen lebih awal,” tungkasnya.

GEROKGAK – Para petani cabe di Sendang Pasir, Desa Pemuteran, Gerogak, Buleleng sumringah. Sebab harga cabe rawit hingga mendekati hari raya Galungan dan Kuningan mengalami kenaikan.   

Harga cabai naik sudah sejak bulan lalu hingga menyetuh Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram di  tingkat petani atau setara harga daging babi 1 kg.

Sementara di tingkat pedagang harga cabai kini menyentuh Rp 85 ribu hingga Rp 90 ribu atau setara 1 kg daging sapi.

Kenaikan harga cabai dipicu minimnya pasokan cabai dan pengaruh musim hujan belakangan ini. Maka tidak heran petani di Sendang Pasir memilih lebih awal memetik buah cabai mereka.

Ini karena khawatir cabai mereka busuk dan rusak. Salah satu petani cabai Putu Sumedana ditemui di kebun cabai miliknya mengatakan dirinya tak menduga jika saat ini harga mengalami kenaikan.

Mulanya harga cabai sempat anjlok sampai Rp 5 ribu perkilogramnya di petani pada bulan April 2019 lalu.

Tetapi begitu bulan Desember memasuki hari Natal dan Tahun baru sampai dengan Februari harga cabai terus melonjak naik.

“Kami bersyukur harga cabai naik, dapat menutupi biaya operasional selama proses tanam, pemeliharaan hingga panen,” kata Sumedana.

Menurutnya, di bulan Februari ini yang sudah memasuki musim penghujan membuat sejumlah petani di desanya memilih memanen cabai lebih awal.

Petani jika menunggu cabai tersebut merah, maka hujan akan lebih dulu membuat cabai dan pohonya itu busuk dan rusak.

“Mau tidak mau meski cabai belum masa panen atau masih muda. Dengan terpaksa kami petik meskipun masih warna hijau,” ucap Sumedana sembari berucap dengan luas lahan 40 are yang ditanami cabai mampu menghasilkan cabai 100 kilogram.

Sumedana menyebut seharusnya cabai yang ia tanam seluas 40 are akan dipanen pekan depan menjelang  Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Dalam satu pohon cabai bisa sampai 4 kali panen. Ini panen sudah kedua kalinya. Tambahnya memetik cabai lebih awal,

setidaknya cabai tersebut masih layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi. “Ketimbang kami merugi, mendingan panen lebih awal,” tungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/