25.2 C
Jakarta
20 November 2024, 7:08 AM WIB

Tradisi “Mamunjung” Tetap Lestari Meski Tengah Pandemi Covid-19

SINGARAJA – Tradisi mamunjung yang dilakukan krama di Kabupaten Buleleng, hingga kini masih lestari. Meski tengah masa pandemi, krama tetap melakukan tradisi ini.

Penerapan protokol kesehatan menjadi kunci penting bagi krama yang hendak melakukan tradisi mamunjung.

Seperti yang terlihat di Setra Desa Adat Buleleng. Puluhan krama memadati areal setra sejak pagi. Biasanya pukul 07.00 pagi, krama sudah mulai berdatangan ke areal setra.

Sebelum melakukan tradisi munjung, krama mengawali dengan persembahyangan di sanggah keluarga. Setelah itu dilakukan persembahyangan di pura dadia. Selanjutnya krama mulai mendatangi Pura Dalem Desa Adat Buleleng.

Tuntas sembahyang di Pura Dalem, krama mulai mendatangi pusara keluarga di areal setra. Apalagi lokasi Setra Desa Adat Buleleng bersebelahan dengan Pura Dalem Buleleng. 

Krama pun menghaturkan banten punjung di pusara keluarga mereka di areal setra. Terutama di pusara keluarga mereka yang belum di-aben.

Komang Sumantri misalnya. Wanita yang berasal dari Banjar Adat Pakraman Petak itu, sudah berada di areal setra sejak pukul 06.30 pagi.

Setelah tuntas persembahyangan di pura keluarga, ia bergegas ke pura dalem dan mendatangi pusara keluarganya.

“Ipar saya meninggal dua bulan lalu. Hanya mekingsan ring pertiwi saja, belum diaben. Jadinya untuk pagerwesi ini wajib bawa banten punjung.

Nanti pas di hari raya lain, seperti galuangan dan kuningan, juga sama. Selama belum di-aben, wajib bawa banten. Tapi kalau sudah ngaben, cukup di rumah saja,” kata Sumantri.

Sementara itu Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, tradisi itu sudah dilakukan secara turun temurun. Meski kini tengah masa pandemi, Sutrisna menyatakan krama tetap melaksanakan tradisi tersebut.

“Bedanya hanya sekarang protokol kesehatan itu wajib dilakukan. Seperti pakai masker, wajib cuci tangan. Itu krama sudah paham. Karena kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi,” ujar Sutrisna.

Lebih lanjut Sutrisna menjelaskan, tradisi munjung akan tetap dilakukan oleh krama, selama jenazah belum melalui upacara ngaben.

“Memang tantangannya dari tahun ke tahun jumlahnya makin sedikit. Tapi ada beberapa banjar adat yang masih lestari tradisi munjung.

Seperti di Banjar Jawa itu kan sampai sekarang masih banyak yang munjung,” ungkap Sutrisna. 

SINGARAJA – Tradisi mamunjung yang dilakukan krama di Kabupaten Buleleng, hingga kini masih lestari. Meski tengah masa pandemi, krama tetap melakukan tradisi ini.

Penerapan protokol kesehatan menjadi kunci penting bagi krama yang hendak melakukan tradisi mamunjung.

Seperti yang terlihat di Setra Desa Adat Buleleng. Puluhan krama memadati areal setra sejak pagi. Biasanya pukul 07.00 pagi, krama sudah mulai berdatangan ke areal setra.

Sebelum melakukan tradisi munjung, krama mengawali dengan persembahyangan di sanggah keluarga. Setelah itu dilakukan persembahyangan di pura dadia. Selanjutnya krama mulai mendatangi Pura Dalem Desa Adat Buleleng.

Tuntas sembahyang di Pura Dalem, krama mulai mendatangi pusara keluarga di areal setra. Apalagi lokasi Setra Desa Adat Buleleng bersebelahan dengan Pura Dalem Buleleng. 

Krama pun menghaturkan banten punjung di pusara keluarga mereka di areal setra. Terutama di pusara keluarga mereka yang belum di-aben.

Komang Sumantri misalnya. Wanita yang berasal dari Banjar Adat Pakraman Petak itu, sudah berada di areal setra sejak pukul 06.30 pagi.

Setelah tuntas persembahyangan di pura keluarga, ia bergegas ke pura dalem dan mendatangi pusara keluarganya.

“Ipar saya meninggal dua bulan lalu. Hanya mekingsan ring pertiwi saja, belum diaben. Jadinya untuk pagerwesi ini wajib bawa banten punjung.

Nanti pas di hari raya lain, seperti galuangan dan kuningan, juga sama. Selama belum di-aben, wajib bawa banten. Tapi kalau sudah ngaben, cukup di rumah saja,” kata Sumantri.

Sementara itu Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, tradisi itu sudah dilakukan secara turun temurun. Meski kini tengah masa pandemi, Sutrisna menyatakan krama tetap melaksanakan tradisi tersebut.

“Bedanya hanya sekarang protokol kesehatan itu wajib dilakukan. Seperti pakai masker, wajib cuci tangan. Itu krama sudah paham. Karena kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi,” ujar Sutrisna.

Lebih lanjut Sutrisna menjelaskan, tradisi munjung akan tetap dilakukan oleh krama, selama jenazah belum melalui upacara ngaben.

“Memang tantangannya dari tahun ke tahun jumlahnya makin sedikit. Tapi ada beberapa banjar adat yang masih lestari tradisi munjung.

Seperti di Banjar Jawa itu kan sampai sekarang masih banyak yang munjung,” ungkap Sutrisna. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/