27.8 C
Jakarta
22 November 2024, 22:09 PM WIB

Pengungsi Mulai Keluhkan Sakit Pernafasan, Ini Penyebabnya…

RadarBali.com – Para pengungsi yang ada di Desa Tembok dan Desa Les, kini mulai terserang penyakit. Rata-rata pengungsi terserang infeksi pernafasan.

Tim kesehatan yang siaga di lokasi pengungsian pun menerima lebih dari 50 orang pasien per hari dengan keluhan serupa.

Selama dua pekan menghuni pengungsian, membuat kondisi para pengungsi mulai menurun. Ada yang mengeluhkan demam, kelelahan, hingga infeksi saluran pernafasan.

Keluhan infeksi saluran pernafasan, banyak dikeluhkan pengungsi yang bermukim di Posko Pengungsian Desa Les.

Penyakit itu banyak menyerang anak-anak. Maklum saja, kekuatan tubuh anak-anak relatif lemah jika dibandingkan dewasa. Para pengungsi kini diimbau menggunakan masker, terutama yang tinggal di tenda.

Salah seorang dokter jaga di Pos Pengungsian Tembok, dr. Riska mengungkapkan, umumnya pengungsi terserang infeksi pernafasan.

Selain itu keluhan umum yang masuk adalah pegal-pegal dan sakit kepala. Sejauh ini belum ada keluhan yang cukup serius di lokasi pengungsian.

Hanya saja pengungsi dihimbau waspada dengan penyakit infeksi pernafasan. Penyakit yang tergolong akut, berpotensi membuat pengungsi harus menjalani opname.

Riska sendiri mengaku pernah merujuk seorang pengungsi ke Puskesmas Tejakula I, karena infeksi pernafasan yang diderita cukup akut.

“Kalau infeksi pernafasan umumnya disebabkan debu dan virus. Kebetulan di lokasi pengungsian kan debunya beterbangan. Makanya rentan sekali, terutama anak-anak,” kata Riska yang juga dokter di Puskesmas Kubu I.

Untuk mencegah merebaknya penyakit serupa, Riska menghimbau pengungsi menggunakan masker. Hanya saja banyak pengungsi yang enggan menggunakan masker, dengan alasan ribet.

Disisi lain, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur menyatakan ketersediaan masker di posko pengungsian cukup banyak.

Mencapai belasan ribu lembar. Pengungsi pun telah dibagikan masker. Hanya saja, banyak yang enggan menggunakannya.

Untuk mencegah debu beterbangan, secara kontinu BPBD Buleleng telah menyiram tanah di sekitar tenda.

Sayangnya cuaca yang panas, membuat upaya penyiraman kurang maksimal. Kondisi tanah yang basah hanya bertahan maksimal dua jam saja.

Sebagai langkah pencegahan lanjutan, Subur meminta kesadaran para pengungsi agar bersedia direlokasi ke tempat yang lebih baik.

“Lebih baik di bale banjar, ketimbang di tenda. Rentan begini kondisinya. Coba pikirkan nasib anak-anak juga.

Kasihan mereka, rentan sakit dengan kondisi kamp yang begini. Kami sudah siapkan lokasi penggantinya kok,” ujar Subur. 

RadarBali.com – Para pengungsi yang ada di Desa Tembok dan Desa Les, kini mulai terserang penyakit. Rata-rata pengungsi terserang infeksi pernafasan.

Tim kesehatan yang siaga di lokasi pengungsian pun menerima lebih dari 50 orang pasien per hari dengan keluhan serupa.

Selama dua pekan menghuni pengungsian, membuat kondisi para pengungsi mulai menurun. Ada yang mengeluhkan demam, kelelahan, hingga infeksi saluran pernafasan.

Keluhan infeksi saluran pernafasan, banyak dikeluhkan pengungsi yang bermukim di Posko Pengungsian Desa Les.

Penyakit itu banyak menyerang anak-anak. Maklum saja, kekuatan tubuh anak-anak relatif lemah jika dibandingkan dewasa. Para pengungsi kini diimbau menggunakan masker, terutama yang tinggal di tenda.

Salah seorang dokter jaga di Pos Pengungsian Tembok, dr. Riska mengungkapkan, umumnya pengungsi terserang infeksi pernafasan.

Selain itu keluhan umum yang masuk adalah pegal-pegal dan sakit kepala. Sejauh ini belum ada keluhan yang cukup serius di lokasi pengungsian.

Hanya saja pengungsi dihimbau waspada dengan penyakit infeksi pernafasan. Penyakit yang tergolong akut, berpotensi membuat pengungsi harus menjalani opname.

Riska sendiri mengaku pernah merujuk seorang pengungsi ke Puskesmas Tejakula I, karena infeksi pernafasan yang diderita cukup akut.

“Kalau infeksi pernafasan umumnya disebabkan debu dan virus. Kebetulan di lokasi pengungsian kan debunya beterbangan. Makanya rentan sekali, terutama anak-anak,” kata Riska yang juga dokter di Puskesmas Kubu I.

Untuk mencegah merebaknya penyakit serupa, Riska menghimbau pengungsi menggunakan masker. Hanya saja banyak pengungsi yang enggan menggunakan masker, dengan alasan ribet.

Disisi lain, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur menyatakan ketersediaan masker di posko pengungsian cukup banyak.

Mencapai belasan ribu lembar. Pengungsi pun telah dibagikan masker. Hanya saja, banyak yang enggan menggunakannya.

Untuk mencegah debu beterbangan, secara kontinu BPBD Buleleng telah menyiram tanah di sekitar tenda.

Sayangnya cuaca yang panas, membuat upaya penyiraman kurang maksimal. Kondisi tanah yang basah hanya bertahan maksimal dua jam saja.

Sebagai langkah pencegahan lanjutan, Subur meminta kesadaran para pengungsi agar bersedia direlokasi ke tempat yang lebih baik.

“Lebih baik di bale banjar, ketimbang di tenda. Rentan begini kondisinya. Coba pikirkan nasib anak-anak juga.

Kasihan mereka, rentan sakit dengan kondisi kamp yang begini. Kami sudah siapkan lokasi penggantinya kok,” ujar Subur. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/