26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:55 AM WIB

Korban Banjir Bandang Berharap Bantuan Bedah Rumah Secepatnya

NEGARA – Setelah dua pekan banjir bandang sungai Biluk Poh, warga yang menjadi korban terjangan banjir masih menyisakan trauma.

Tiga orang kepala keluarga hingga saat ini masih menumpang di rumah keluarganya, karena rumah yang mereka rata dengan tanah.

Para korban berharap, bantuan bedah rumah yang dijanjikan segera diwujudkan. Sebagaimana diketahui ada tiga kepala keluarga yang rumahnya hilang karena diterjang banjir di Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo.

Salah satunya rumah Gusti Putu Slamet Arnawa, 59, yang berada sekitar 10 meter dari sungai Biluk Poh. Rumah dan seluruh isinya hilang dibawa banjir.

“Saya berharap secepatnya kalau ada bantuan bedah rumah,” kata Sayu Kade Suci, 35, putri Gusti Putu Slamet, ditemui di bekas rumah yang hilang kemarin.

Menurut Sayu, rumah bapaknya sudah dua kali hilang diterjang banjir. Kejadian pertama tahun 1998. Karena itu jika ada bantuan bedah rumah akan membangun di lokasi lebih aman.

Selama belum ada rumah baru, orang tuanya tinggal di rumahnya. “Pasti nanti pindah, kasihan bapak kalau di sini lagi,” ujarnya.

Menurut Klian Banjar Anyar Kelod Kadek Winastra, tiga rumah warganya yang hilang karena diterjang banjir sudah diusulkan untuk mendapat bedah rumah.

Dinas Pekerjaan Umum dan tata ruang, perumahan dan Kawasan Pemukiman Jembrana, sudah melakukan pengecekan lokasi rumah yang hilang dan lokasi yang akan dibangun bedah rumah.

“Sekarang tinggal menunggu verifikasi dari dinas,” jelasnya. Rencananya, lokasi yang akan dibangun bedah rumah untuk Gusti Putu Slamet Arnawa berada di sebelah utara rumah yang hilang.

Lokasinya yang dipilih diperkirakan lebih aman jika ada bencana banjir. Namun, karena belum masuk keluarga miskin, Arnawa akan dimasukkan ke dalam keluarga miskin agar mendapat bantuan bedah rumah.

Sementara untuk korban Gusti Komang Suke Merta, 63, yang rumahnya hilang diterjang banjir bandang, meski sudah pasti mendapat bedah rumah belum diputuskan lokasi yang akan dibangun.

Karena korban sudah tidak punya tanah lagi di sekitar rumahnya yang hilang untuk dibangun.  Rumah milik Gusti Komang Suke Merta yang hilang tersebut bantuan bedah rumah beberapa tahun lalu.

Saat ini seluruh tanahnya tidak memungkinkan untuk dibangun rumah, sehingga masih mempertimbangkan untuk membangun rumah di tanah warisan di Banjar Yeh Satang, Desa Yehsumbul.

“Masih belum diputuskan lokasinya yang akan dibangun,” imbuh Winastra. Sedangkan untuk Ni Nyoman Eri, 79, yang rumahnya juga hilang,

akan dibangun bedah rumah di tanah milik anak tirinya tidak jauh dari lokasi rumah yang sudah menjadi muara.

“Kami juga berharap secepatnya dibangun, tinggal tunggu keputusan pemerintah,” tegasnya. 

NEGARA – Setelah dua pekan banjir bandang sungai Biluk Poh, warga yang menjadi korban terjangan banjir masih menyisakan trauma.

Tiga orang kepala keluarga hingga saat ini masih menumpang di rumah keluarganya, karena rumah yang mereka rata dengan tanah.

Para korban berharap, bantuan bedah rumah yang dijanjikan segera diwujudkan. Sebagaimana diketahui ada tiga kepala keluarga yang rumahnya hilang karena diterjang banjir di Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo.

Salah satunya rumah Gusti Putu Slamet Arnawa, 59, yang berada sekitar 10 meter dari sungai Biluk Poh. Rumah dan seluruh isinya hilang dibawa banjir.

“Saya berharap secepatnya kalau ada bantuan bedah rumah,” kata Sayu Kade Suci, 35, putri Gusti Putu Slamet, ditemui di bekas rumah yang hilang kemarin.

Menurut Sayu, rumah bapaknya sudah dua kali hilang diterjang banjir. Kejadian pertama tahun 1998. Karena itu jika ada bantuan bedah rumah akan membangun di lokasi lebih aman.

Selama belum ada rumah baru, orang tuanya tinggal di rumahnya. “Pasti nanti pindah, kasihan bapak kalau di sini lagi,” ujarnya.

Menurut Klian Banjar Anyar Kelod Kadek Winastra, tiga rumah warganya yang hilang karena diterjang banjir sudah diusulkan untuk mendapat bedah rumah.

Dinas Pekerjaan Umum dan tata ruang, perumahan dan Kawasan Pemukiman Jembrana, sudah melakukan pengecekan lokasi rumah yang hilang dan lokasi yang akan dibangun bedah rumah.

“Sekarang tinggal menunggu verifikasi dari dinas,” jelasnya. Rencananya, lokasi yang akan dibangun bedah rumah untuk Gusti Putu Slamet Arnawa berada di sebelah utara rumah yang hilang.

Lokasinya yang dipilih diperkirakan lebih aman jika ada bencana banjir. Namun, karena belum masuk keluarga miskin, Arnawa akan dimasukkan ke dalam keluarga miskin agar mendapat bantuan bedah rumah.

Sementara untuk korban Gusti Komang Suke Merta, 63, yang rumahnya hilang diterjang banjir bandang, meski sudah pasti mendapat bedah rumah belum diputuskan lokasi yang akan dibangun.

Karena korban sudah tidak punya tanah lagi di sekitar rumahnya yang hilang untuk dibangun.  Rumah milik Gusti Komang Suke Merta yang hilang tersebut bantuan bedah rumah beberapa tahun lalu.

Saat ini seluruh tanahnya tidak memungkinkan untuk dibangun rumah, sehingga masih mempertimbangkan untuk membangun rumah di tanah warisan di Banjar Yeh Satang, Desa Yehsumbul.

“Masih belum diputuskan lokasinya yang akan dibangun,” imbuh Winastra. Sedangkan untuk Ni Nyoman Eri, 79, yang rumahnya juga hilang,

akan dibangun bedah rumah di tanah milik anak tirinya tidak jauh dari lokasi rumah yang sudah menjadi muara.

“Kami juga berharap secepatnya dibangun, tinggal tunggu keputusan pemerintah,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/