RadarBali.com – Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri mengeluarkan rekomendasi membentuk tujuh depo pasir di Karangasem.
Kebijakan ini sekaligus menambah depo yang sudah terbentuk di Sambirenteng, Singaraja. Itu artinya, bupati mendukung terobosan yang dilakukan pengusaha galian C di Kubu mendirikan depo pasir.
Ini dilakukan agar truk galian C tidak terlalu banyak lalu lalang ke karena kondisi masih Siaga. “Jadi berbagi tugas, truk pasir asal Karangasem
akan membawa pasir sampai ke depo. Sementara truk di luar Karangasem, silakan mengambil di depo yang ada,” ujar Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri.
Dengan cara ini, maka truk tidak akan lalu lalang. Sehingga tidak mengganggu jalur evakuasi karena bagimanapun kondisi sekarang ini masih siaga sekalipun sudah turun dari awas.
Apalagi sekarang ini pengungsi juga baru pulang. Kondisi secara umum juga belum stabil. Segala kemungkinan masih bisa terjadi.
Bupati sendiri menyebut tujuh depo tengah di siapkan. Yakni di Kubu, Selat, Bebandem, dan Rendang. “Sementara di Kubu dulu,” bebernya.
Bupati juga mencoba mencari alternatif jalur laut untuk mengirim pasir ke sejumlah kabupaten/kota di Bali.
Karena itu, bupati akan bersurat ke gubernur dan ditembuskan ke bupati/walikota yang ada di Bali. Namun, kebijakan ini tampaknya memperberat konsumen.
Pasalnya, harga pasir pasti lebih mahal karena harus diambil di depo, bukan di kantong galian C langsung.
Ada ongkos angkut dan sewa lahan depo. “Pemerintah akan turun, mengatur harga. Tidak sepenuhnya diserahkan ke pasar,” bebernya.
Sebagai patokan berdasar perda harga pasir di Karangasem sekarang ini Rp 70 ribu per kubik. Semua depo juga wajib menggunakan faktur.
Faktur nantinya akan dibayar para pengusaha bukan sopir truk. “Jadi fakturnya akan di pungut di depo langsung,” ujarnya.
Untuk diketahui, kerugian Karangasem selama 38 hari karena kondisi awas adalah Rp 2,5 triliun. Ini adalah kerugian potensi termasuk PAD, sektor pariwisata, dan sektor lain