DENPASAR – Sebuah gempa kembali menggetarkan laut di Utara Buleleng pada Kamis (10/12). Namun, kekuatan gempa dengan kedalaman 10 Km tersebut hanya berkekuatan 2,5 SR.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG di Bali, Iman Fatchurochman membenarkan adanya gempa yang berlokasi 7.95 LS,115.15 BT (19 km Timur Laut Buleleng, Bali tersebut.
Baginya, ini sudah menjadi suatu kewajaran dan bukan sebuah hal yang baru lagi. “Ini hal yang normal. Karena sumber gempa di Utara,” sebutnya saat dimintai keterangan terkait gempa.
Dalam gempa tersebut, memang tak terlalu keras. Sehingga tak ada kerugian secara materiil yang disebabkan oleh getaran.
Dari lokasi, gempa ini tidak jauh dari
Gempa Seririt, 14 Juli 1976. Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 SR itu mengakibatkan 573 orang meninggal dunia dan kerusakan material yang cukup parah.
Diketahui, sebelumnya para ahli memberi peringatan kepada masyarakat Bali agar tetap waspada terhadap ancaman gempa bumi. Bahkan, potensi gempa bumi bisa mencapai kekuatan di atas 8 Magnitudo.
“Untuk potensi maksimum di selatan Bali adalah segmen megathrust Sumba M8.5 dan segmen megathrust Jawa Timur M8.7,” ujar Imam beberapa waktu lalu juga.
Potensi itu berangkat dari referensi pihaknya sebagaimana yang telah dipublish resmi oleh PUSGEN tahun 2017. Dalam peta menunjukan adanya potensi gempa yang mengancam pulau Bali.
“Kalau kita lihat di peta tersebut, potensi maksimum gempa M>8 itu bukan hanya Bali, tapi di setiap area megathrust seperti Sumatera, Sulawesi, Papua,” sebutnya.
Tapi yang harus diingat, potensi maksimum itu belum tentu terjadinya maksimum dan juga waktunya belum dapat diketahui secara pasti kapan akan terjadi. “Potensi bukan prediksi. Belum ada yang dapat memprediksi gempa,” tegasnya.