33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:30 PM WIB

Terbatas Transportasi, Puluhan Anak di Buleleng Diduga Putus Sekolah

SINGARAJA – Anggota DPRD di Kabupaten Buleleng mensinyalir ada puluhan anak di wilayah Kecamatan Sukasada yang putus sekolah.

Anak-anak itu terpaksa putus sekolah karena keterbatasan fasilitas transportasi. Mereka pun terpaksa mengakhiri sekolahnya pada paro jalan.

Hal itu diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Buleleng Made Mangku Ariawan. Ia mengaku menemukan kondisi itu di wilayah Desa Pegadungan, Desa Silangjana, Wanagiri, dan Pegayaman.

Kebanyakan anak-anak yang putus sekolah itu memang tinggal di areal perkebunan, sehingga cukup sulit mendapat akses pendidikan.

Idealnya siswa-siswa itu bersekolah di SDN 3 Gitgit, yang notabene sekolah terdekat di wilayah itu. “Dari segi waktu tempuh, mereka harus jalan kaki antara 30-40 menit.

Mereka ini anak-anak miskin karena orang tuanya hanya petani penggarap,” kata pria yang akrab disapa Mangku Panji itu.

Hal bertambah pelik karena orang tua mereka tak bisa mengantarkan siswa ke sekolah secara kontinu.

Akibatnya setelah menuntaskan pendidikan pada kelas tiga SD, kebanyakan memilih putus sekolah dan membantu orang tuanya di kebun.

Pihaknya pun mendesak agar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng membentuk kelas jauh di sekitar wilayah tersebut.

“Idealnya di sekitar Batu Dinding (Desa Pegadungan, Red) dan Amertasari (Desa Pegayaman, Red) itu ada kelas jauh dari SDN 3 Gitgit. Atau Disdikpora bisa menyediakan fasilitas transportasi untuk anak-anak ini,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa secara terpisah mengaku pihaknya sudah menerjunkan Posko Drop Out (DO) untuk melacak masalah itu.

Namun sejauh ini Posko DO tidak menemukan kondisi itu. Suyasa menduga ada anak-anak usia sekolah, yang memang tidak disekolahkan oleh orang tuanya.

“Kalau ada anak usia sekolah tapi tidak disekolahkan, mestinya dilaporkan pada kami. Aparat desa bisa menyampaikan pada kami sehingga bisa kami jajagi dan siapkan solusinya,” kata Suyasa.

Kalau toh memang membutuhkan fasilitas transportasi, Suyasa mengaku Disdikpora siap memfasilitasi hal tersebut.

Terlebih selama ini Disdikpora sudah menyiapkan kendaraan untuk antar jemput siswa menuju SMPN 3 Gerokgak dan SMPN 2 Sukasada. 

SINGARAJA – Anggota DPRD di Kabupaten Buleleng mensinyalir ada puluhan anak di wilayah Kecamatan Sukasada yang putus sekolah.

Anak-anak itu terpaksa putus sekolah karena keterbatasan fasilitas transportasi. Mereka pun terpaksa mengakhiri sekolahnya pada paro jalan.

Hal itu diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Buleleng Made Mangku Ariawan. Ia mengaku menemukan kondisi itu di wilayah Desa Pegadungan, Desa Silangjana, Wanagiri, dan Pegayaman.

Kebanyakan anak-anak yang putus sekolah itu memang tinggal di areal perkebunan, sehingga cukup sulit mendapat akses pendidikan.

Idealnya siswa-siswa itu bersekolah di SDN 3 Gitgit, yang notabene sekolah terdekat di wilayah itu. “Dari segi waktu tempuh, mereka harus jalan kaki antara 30-40 menit.

Mereka ini anak-anak miskin karena orang tuanya hanya petani penggarap,” kata pria yang akrab disapa Mangku Panji itu.

Hal bertambah pelik karena orang tua mereka tak bisa mengantarkan siswa ke sekolah secara kontinu.

Akibatnya setelah menuntaskan pendidikan pada kelas tiga SD, kebanyakan memilih putus sekolah dan membantu orang tuanya di kebun.

Pihaknya pun mendesak agar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng membentuk kelas jauh di sekitar wilayah tersebut.

“Idealnya di sekitar Batu Dinding (Desa Pegadungan, Red) dan Amertasari (Desa Pegayaman, Red) itu ada kelas jauh dari SDN 3 Gitgit. Atau Disdikpora bisa menyediakan fasilitas transportasi untuk anak-anak ini,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa secara terpisah mengaku pihaknya sudah menerjunkan Posko Drop Out (DO) untuk melacak masalah itu.

Namun sejauh ini Posko DO tidak menemukan kondisi itu. Suyasa menduga ada anak-anak usia sekolah, yang memang tidak disekolahkan oleh orang tuanya.

“Kalau ada anak usia sekolah tapi tidak disekolahkan, mestinya dilaporkan pada kami. Aparat desa bisa menyampaikan pada kami sehingga bisa kami jajagi dan siapkan solusinya,” kata Suyasa.

Kalau toh memang membutuhkan fasilitas transportasi, Suyasa mengaku Disdikpora siap memfasilitasi hal tersebut.

Terlebih selama ini Disdikpora sudah menyiapkan kendaraan untuk antar jemput siswa menuju SMPN 3 Gerokgak dan SMPN 2 Sukasada. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/