29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:27 AM WIB

Angin Kencang Rusak 13 Rumah, Waspada Cuaca Ekstrem Masih Berlanjut

RadarBali.com – Hujan yang disertai embusan angin kencang tiba-tiba terjadi di Desa Tigawasa, Banjar Dinas Dauh Pura, Kecamatan Banjar, Buleleng, Jumat kemarin (10/11).

Warga pun panik dan berhamburan keluar rumah untuk mencari tempat perlindungan. Pasca kejadian, sebanyak 13 rumah mengalami kerusakan yang cukup parah. 

Berdasar keterangan yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali di lokasi kejadian, pagi kemarin cuaca tidak menunjukkan tanda akan terjadi sesuatu.

Namun menjelang siang, mendung pun tiba dan tepatnya pada pukul 13.00, hujan pun turun. Aktifitas warga di Desa Tigawasa yang berada di perbukitan pun terhenti.

Mereka memilih beraktivitas di dalam rumah. Ada yang merajut kerajinan dari bambu untuk dijadikan sok asi (tempat banten),

ada yang menonton televisi, dan ada juga yang mempersiapkan upacara untuk menyambut hari raya Kuningan yang jatuh pada hari ini.

Sekitar pukul 13.15 kemudian, tiba-tiba saja angin berembus begitu kencang dari arah timur laut. Angin yang disertai hujan ini lalu mengamuk dan membuat atap rumah warga beterbangan.

“Angin awalnya biasa saja, lama-lama bertiup kencang,” tutur Made Arimbawa, 39, salah satu warga yang rumahnya diamuk angin kencang.

Dalam keadaan panik, Arimbawa yang saat itu sedang berada di dalam rumah bersama istri dan ketiga anaknya pun berlarian keluar rumah untuk mencari perlindungan.

“Saya lihat atap rumah saya beterbangan, pohon-pohon juga tumbang. Saya nggak berani dan kemudian lari bawa anak dan istri saya yang saat itu sedang mejejahitan,” ungkapnya.

 Arimbawa belum bisa memastikan apakah angin tersebut merupakan angin beliung atau bukan karena faktor kepanikan.

Dalam ingatan, hanya angin kencang dari arah timur laut menuju ke barat laut yang menerbangkan atap rumahnya yang terbuat dari seng dan bertembok bata tersebut.

Fenomena angin kencang itu pun berlangsung pada sekitar 15 menit. Setelah merasa aman, Arimbawa kemudian kembali ke rumahnya dan melihat kondisi yang berantakan.

Atap berhamburan, kamar tidurnya yang dibanjiri air hujan dan dapur miliknya yang berbahan bedek (ulaman bambu) pun reyot atau miring. 

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan ini pun mengaku trauma dengan kejadian tersebut.

“Saya trauma. Kalau nanti malam (kemarin), hujan lagi, saya nggak akan tidur disini (rumahnya). Saya mungkin akan mengungsi di rumah keluarga lainnya yang lebih aman,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dituturkan oleh Nyoman Kersanis,53. Ia tak menyangka ada angin kencang yang menghamburkan rumahnya tersebut.

 “Saya bingung. Anginnya kencang, atap rumah saya beterbangan. Karena saya ketakutan, saya memilih diam di dalam kamar meski anginnya kenceng,” ujar nenek separo baya tersebut. 

RadarBali.com – Hujan yang disertai embusan angin kencang tiba-tiba terjadi di Desa Tigawasa, Banjar Dinas Dauh Pura, Kecamatan Banjar, Buleleng, Jumat kemarin (10/11).

Warga pun panik dan berhamburan keluar rumah untuk mencari tempat perlindungan. Pasca kejadian, sebanyak 13 rumah mengalami kerusakan yang cukup parah. 

Berdasar keterangan yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali di lokasi kejadian, pagi kemarin cuaca tidak menunjukkan tanda akan terjadi sesuatu.

Namun menjelang siang, mendung pun tiba dan tepatnya pada pukul 13.00, hujan pun turun. Aktifitas warga di Desa Tigawasa yang berada di perbukitan pun terhenti.

Mereka memilih beraktivitas di dalam rumah. Ada yang merajut kerajinan dari bambu untuk dijadikan sok asi (tempat banten),

ada yang menonton televisi, dan ada juga yang mempersiapkan upacara untuk menyambut hari raya Kuningan yang jatuh pada hari ini.

Sekitar pukul 13.15 kemudian, tiba-tiba saja angin berembus begitu kencang dari arah timur laut. Angin yang disertai hujan ini lalu mengamuk dan membuat atap rumah warga beterbangan.

“Angin awalnya biasa saja, lama-lama bertiup kencang,” tutur Made Arimbawa, 39, salah satu warga yang rumahnya diamuk angin kencang.

Dalam keadaan panik, Arimbawa yang saat itu sedang berada di dalam rumah bersama istri dan ketiga anaknya pun berlarian keluar rumah untuk mencari perlindungan.

“Saya lihat atap rumah saya beterbangan, pohon-pohon juga tumbang. Saya nggak berani dan kemudian lari bawa anak dan istri saya yang saat itu sedang mejejahitan,” ungkapnya.

 Arimbawa belum bisa memastikan apakah angin tersebut merupakan angin beliung atau bukan karena faktor kepanikan.

Dalam ingatan, hanya angin kencang dari arah timur laut menuju ke barat laut yang menerbangkan atap rumahnya yang terbuat dari seng dan bertembok bata tersebut.

Fenomena angin kencang itu pun berlangsung pada sekitar 15 menit. Setelah merasa aman, Arimbawa kemudian kembali ke rumahnya dan melihat kondisi yang berantakan.

Atap berhamburan, kamar tidurnya yang dibanjiri air hujan dan dapur miliknya yang berbahan bedek (ulaman bambu) pun reyot atau miring. 

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan ini pun mengaku trauma dengan kejadian tersebut.

“Saya trauma. Kalau nanti malam (kemarin), hujan lagi, saya nggak akan tidur disini (rumahnya). Saya mungkin akan mengungsi di rumah keluarga lainnya yang lebih aman,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dituturkan oleh Nyoman Kersanis,53. Ia tak menyangka ada angin kencang yang menghamburkan rumahnya tersebut.

 “Saya bingung. Anginnya kencang, atap rumah saya beterbangan. Karena saya ketakutan, saya memilih diam di dalam kamar meski anginnya kenceng,” ujar nenek separo baya tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/