AMLAPURA – Kondisi memprihatinkan dialami oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem. DLH Karangasem saat ini tidak bisa berbuat banyak dan meminta maaf kepada masyarakat lantaran tidak bisa memenuhi permintaan dalam memangkas pohon perindang. Ini lantaran mobil crane yang biasanya digunakan dalam memangkas pohon rusak sejak tiga hari lalu. Terlebih pada situasi musim hujan seperti saat ini.
Kepala DLH I Gede Ngurah Yudiantara mengakui hal tersebut. Kata dia, kondisi mobil crane yang merupakan satu-satunya itu kini dalam kondisi perawatan akibat salah satu bagian mesin yang rusak. Hal ini sudah terjadi sejak tiga hari lalu.
“Ya, ada salah satu bagian mesinnya yang rusak. Makanya sedang dalam perbaikan. Kami meminta maaf kepada masyarakat seluruh Karangasem belum bisa memenuhi permintaan untuk memangkas pohon yang tinggi,” ujarnya dihubungi Kamis (11/2).
Di tengah cuaca ekstrim, aktivitas DLH dengan pemakaian kendaraan pemangkas pohon sangat vital dibutuhkan. Mengingat, beberapa pohon rawan tumbang di tengah cuaca ekstrim dan bisa membahayakan masyarakat. “Kalau untuk pohon yang pendek-pendek, masyarakat masih bisa melakukan pemangkasan sendiri dengan manual. Tapi kalau yang tinggi kan harus meminta bantuan kami, satu-satu caranya menggunakan mobil crane pemangkas itu,” terangnya.
Pihaknya juga sudah bersurat kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam hal ini Sekda Karangasem untuk bisa menganggarkan mobil crane pemangkas pohon. Pun dengan pihak Dewan, pihaknya juga sudah melakukan lobi-lobi agar permintaan pengadaan unit mobil crane bisa dipenuhi. Hanya saja hingga kini belum terlaksana.
“Kalau ada kesempatan, ya, dianggarkan di (APBD, Red) Perubahan lah. Sebenarnya kami sudah angarkan waktu itu, hanya saja karena Covid-19 jadi semua anggaran difokuskan untuk penanganan covid-19. Kami optimistis Pemkab bisa mengabulkan itu. Terlebih dengan adanya penugasan setiap OPD dilibatkan dalam pengawasan galianC untuk mencegah kebocoran anggaran sehingga pendapatan Karangasem bisa meningkat,” terang dia.
Untuk harga sendiri, kata Yudiantara membutuhkan dana Rp1,4 miliar per unit. Sementara idealnya pihaknya membutuhkan unit kendaraan mobil crane pemangkas sebanyak empat unit untuk bisa mengcover delapan kecamatan.
“Memang mahal. Mungkin kalau hargaya senilai Rp500 juta bisa dilakukan cepat. Idealnya untuk di Karangasem kami butuh empat unit. Jadi masing-masing unit bisa mengcover dua kecamatan,” paparnya.
Diakui, kepemilikan mobil crane selain DLH juga dimiliki Dinas Perhubungan (Dishub) Karangasem. Hanya saja crane yang ada pada unit kendaraan milik Dishub itu bukan untuk pemangkasan namun untuk kebutuhan instalasi listrik.
“Tingginya yang di Dishub hanya 10 meter. Sementara kendaraan crane untuk memangkas pohon memiliki tinggi 14 meter,” tandasnya.