SINGARAJA – Proses orientasi kepramukaan dan pelantikan tamu ambalan di SMAN 1 Sukasada (Smansada), diprotes orang tua siswa setempat.
Proses pelantikan diduga diwarnai dengan aksi perpeloncoan. Hal itu tak dapat ditoleransi orang tua. Akhirnya mereka pun mengadu ke UPT. Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Kabupaten Buleleng.
Sebenarnya Dewan Ambalan (pengurus pramuka) di Smansada menyelenggarakan kegiatan pada Sabtu (8/12) dan Minggu (9/12). Siswa bermalam di sekolah sebagai bagian dari proses orientasi.
Selanjutnya pada Minggu (9/12), calon anggota melakukan kegiatan penjelajahan. Kegiatan itu terbagi dalam beberapa pos kegiatan.
Nah aksi perpeloncoan itu, diduga dilakukan di Pos 4 yang terletak di Telabah Anyar, Lingkungan Bantang Banua, Kelurahan Sukasada.
Di pos itu, calon anggota diberikan materi yang disebut “Pengenalan Indra Perasa”. Dalam materi itu, siswa diminta membagi sebotol minuman ringan yang telah disiapkan.
Minuman ringan itu tak boleh diminum, namun cukup dikumur-kumur saja. Air hasil berkumur, dikumpulkan kembali dalam satu botol.
Setelah itu air hasil kumuran kembali dibagikan pada para siswa dan harus diminum. Siswa juga ada yang diminta menghisap permen yang jatuh ke tanah.
Akibatnya ada siswa yang jatuh pingsan karena tak sanggup menghadapi tekanan mental. Mengingat kegiatan itu wajib diikuti.
Kemarin (10/12) pihak UPT memanggil pihak sekolah dan pengurus dewa ambalan. UPT meminta agar sekolah melakukan klarifikasi terkait hal tersebut dan menyampaikan permasalahan secara terbuka pada orang tua siswa.
Wakasek Humas Smansada Dewa Made Swastika menyangkal telah terjadi aksi perpeloncoan dalam proses pelantikan tamu ambalan.
Menurutnya, hal itu terjadi karena miskomunikasi antara Pembina dengan dewan ambalan. Pembina pramuka dis ekolah, tak pernah memberikan instruksi untuk melakukan kegiatan tersebut.
“Tidak ada perpeloncoan. Hanya kesalahan menerjemahkan oleh dewan ambalan, bukan dari Pembina. Materi itu dimaksudkan agar penegak tamu mengetahui rasa, apakah itu rasa manis atau rasa pahit,” jelasnya.
Sementara soal siswa yang pingsan, Swatsika menyebut siswa memang sudah dalam kondisi sakit. Wali kelas pun sudah mengingatkan pada siswa yang bersangkutan, agar tak mengikuti kegiatan tersebut.
Rencananya dalam waktu dekat, pihak sekolah akan bertemu dengan orang tua siswa untuk melakukan klarifikasi.
“Rencananya Sabtu besok kami akan lakukan pertemuan dengan orang tua siswa. Kami akan sampai klarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf. Kami hanya bisa meminta maaf pada orang tua atas kejadian ini,” katanya.
Sementara itu Kepala UPT Disdik Bali di Kabupaten Buleleng, Made Suarja mengatakan, hal itu tak boleh lagi terulang.
Pihaknya meminta sekolah lebih ketat lagi melakukan pengawasan dalam kegiatan siswa. Baik itu yang bersifat intra-kurikuler, maupun ekstra-kurikuler.
“Kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Sekolah harus memastikan semua kegiatan itu sesuai dengan rel pendidikan. Tidak boleh ada yang namanya perpeloncoan,” tegas Suarja.