NEGARA – Banjir bandang sungai Biluk Poh, masih menyisakan masalah bagi petani Desa Penyaringan.
Sodetan yang dibuat dengan membendung sungai hancur, sehingga menyebabkan sodetan tidak berfungsi dan ratusan hektare sawah yang memasuki musim tanam tidak mendapat air.
Sodetan untuk pengairan sawah tersebut, tidak bisa dialiri air sungai Biluk Poh karena bendung air untuk mengalirkan air ke sodetan rusak diterjang banjir dan sodetan tertutup lumpur.
Kemarin, puluhan anggota Kodim 1617 Jembrana, Yonif Mekanis 741 Garuda Nusantara dan krama subak gotong royong membersihkan sodetan dari lumpur dan membuat bendung baru.
“Atas inisiatif pak dandim kita bisa dibantu ekskavator karena di permukaan saluran irigasi itu sudah tertutup,” kata Koordinator PPL Kecamatan Mendoyo Ketut Suardana.
Dijelaskan, saluran irigasi yang tertutup longsor dan material banjir bandang ini mengairi lebih dari 15 hektar lahan pertanian di subak Tegalcangkring, Desa Tegalcangkring, 242 hektare lahan pertanian di subak jagaraga Desa Penyaringan dan lebih dari 96 hektare lahan pertanian di subak Delod Berawah Kecamatan Mendoyo.
Diharapkan, dengan pembuatan bendung baru dan pembersihan sodetan ini, dapat memperlancar aliran air menuju sawah di subak. Sehingga ratusan petani di desa Tegalcangkring hingga Delod Berawah tidak kekurangan air untuk mengolah sawah.
Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav. Marsono Hanok mengatakan, selain melibatkan puluhan personil TNI dan warga, alat berat juga dikerahkan memperbaiki bendungan.
Batu-batu yang ada di sekitar aliran sungai digunakan untuk bendungan darurat. “Kita lihat subak di sini mengairi beberapa persawahan dan dibelakang itu tersumbat
dan subak ini tidak memiliki dana sehingga kita ada kegiatan dalam hal ketahanan pangan salah satunya membantu masyarakat menangani kesulitan,” tandasnya.