NEGARA – Banjir bandang di sungai Biluk Poh yang memporak-porandakan beberapa rumah, jembatan dan bendungan serta infrastruktur lain tidak saja membuat trauma warga Tegalcangkring dan Penyaringan trauma.
Warga lain yang wilayahnya dilintasi sungai besar ini juga khawatir nasib mereka akan sama seperti warga di dua wilayah itu.
Seperti sungai yang melintasi wilayah Desa Yehembang Kangin. Akibat banjir bandang yang terjadi di sungai itu jembatan gantung yang baru selesai dibangun putus.
Jalan desa di sebelah jembatan gantung juga jebol sepanjang 10 meter serta jalan penghubung Desa Yehembang Kangin dan Desa Yehembang di Banjar Tegak Gede ambrol sepanjang 20 meter.
Tanah di bawah pondasi wantilan Pura Puseh Desa Pekraman Yehembang Kangin juga ikut amblas sekitar 80 meter.
Banjir bandang di sungai itu juga membuat 9 rumah warga Banjar Tibusambi dan Banjar Sumbul kemasukan air.
Gerusan air itu terjadi lantaran jalur sungai berkelok persis di bawah wantilan. “Kerusakan akibat banjir bandang itu membuat kami khawatir.
Jika terjadi banjir bandang susulan maka lokasi yang jebol semakin parah dan wantilan bisa ambruk,” ujar Perbekel Yehembang Kangin Gede Suardika.
Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar jika kembali terjadi banjir bandang, desa dinas dan desa pekraman Yehembang Kangin memutuskan untuk meluruskan alur sungai yang berbelok tersebut.
Kesepakatan untuk meluruskan sungai itu diambil melalui rapat bersama. “Dengan alur sungai itu diluruskan maka jika terjadi banjir bandang,
air tidak akan menggerus tanah di belokan alur sungai itu. Selain diluruskan, sungai juga dikeruk agar lebih dalam sehingga wantilan aman,” ungkapnya.
Untuk meluruskan alur sungai itu, dibantu Pemkab Jembrana berupa alat berat. Untuk biaya operasional alat berat itu ditanggung desa dinas bersama desa pekraman.
“Untuk meluruskan alur dan mengeruk sungai itu rencananya membutuhkan waktu seminggu. Jika sungai itu sudah lurus maka selain wantilan Pura Puseh Yehembang Kangin, rumah -rumah warga di pinggir sungai akan lebih aman,” jelasnya.
Untuk pengamanan lebih permanen, kata Suardika, pihak desa juga sudah memohon bantuan ke Balai Penida supaya dibangun senderan pengaman sungai.
“Kami hanya melakukan penanganan sementara. Karena kewenanganya ada di Balai maka kami berharap bisa dibantu,” terangnya.