31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:49 AM WIB

Bupati Tamba Buka-bukaan Bobrok Pertanian, Janji Genjot PAD

NEGARA – Sebulan lebih setelah menjadi Bupati Jembrana, I Nengah Tamba menyampaikan sejumlah persoalan yang terjadi di Jembrana dan potensi yang belum digarap maksimal. Mulai dari bobroknya tata kelola sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan regulasi yang perlu direvisi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

 

Sektor pertanian di Jembrana yang menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat, masih berkutat pada masalah harga. Harga jual gabah di tingkat petani murah, namun harga jual beras mahal.

 

Kondisi ini diakui Bupati Jembrana I Nengah Tamba sebagai salah satu permasalahan yang selama ini belum mendapat solusi yang tepat agar menyejahterakan masyarakat.

 

 

Menurut I Nengah Tamba, penduduk Jembrana sekitar 329 ribu jiwa. Setiap kali panen sekitar 58.000 ton gabah, sehingga jika dihitung rata-rata untuk kebutuhan makan saja masih surplus sekitar 5.000 ton beras.

 

Akan tetapi mengapa beras masih  sekitar Rp 11.000 setiap kilogram. Sedangkan harga gabah murah di tingkat petani sekitar Rp 3.700 setiap kilogram.

 

“Ini masalahnya yang harus segera mencari solusi,” terangnya.

 

Bupati berharap ada investor yang bisa membeli gabah petani, tetapi investor yang bisa membeli gabah petani dengan harga mahal atau minimal harga yang lebih rasional, tidak merugikan petani. Sehingga tidak membuat masyarakat sejahtera.

 

“Ini potensi besar, untungnya pasti bagi investor dan untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

 

Selain masalah pertanian, produksi kakao di Jembrana yang diekspor masih rendah. Setiap tahun produksi sekitar 3.000 ton dan yang difermentasi sekitar 300 ton, tetapi yang diekspor sebanyak 75 ton.

 

Ironisnya, meskipun kakao Jembrana yang ekspor, bukan menggunakan brand kakao Jembrana tetapi menggunakan brand perusahaan.Padahal coklat terbaik dari Jembrana, jika semua difermentasi dan semua bisa dieskpor maka bisa meningkatkan pendapatan daerah.

 

Di samping itu, setelah sebulan lebih menjadi bupati Jembrana peraturan daerah yang dinilai yang sudah tidak relevan, terutama dalam hal pendapatan. Misalnya, perda tentang retribusi tower, sewa tanah dan perda lain yang masih kecil nilainya.

 

Sejumlah persoalan tersebut, awal pemerintahannya bersama Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna, akan memggenjot pendapatan asli daerah dari sumber-sumber potensial, khususnya pertanian, perikanan dan perkebunan.

 

“Banyak potensi yang masih belum digali maksimal. Hal ini menjadi program prioritas yang akan digenjot agar pendapatan asli daerah meningkat,” tegasnya.

 

NEGARA – Sebulan lebih setelah menjadi Bupati Jembrana, I Nengah Tamba menyampaikan sejumlah persoalan yang terjadi di Jembrana dan potensi yang belum digarap maksimal. Mulai dari bobroknya tata kelola sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan regulasi yang perlu direvisi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

 

Sektor pertanian di Jembrana yang menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat, masih berkutat pada masalah harga. Harga jual gabah di tingkat petani murah, namun harga jual beras mahal.

 

Kondisi ini diakui Bupati Jembrana I Nengah Tamba sebagai salah satu permasalahan yang selama ini belum mendapat solusi yang tepat agar menyejahterakan masyarakat.

 

 

Menurut I Nengah Tamba, penduduk Jembrana sekitar 329 ribu jiwa. Setiap kali panen sekitar 58.000 ton gabah, sehingga jika dihitung rata-rata untuk kebutuhan makan saja masih surplus sekitar 5.000 ton beras.

 

Akan tetapi mengapa beras masih  sekitar Rp 11.000 setiap kilogram. Sedangkan harga gabah murah di tingkat petani sekitar Rp 3.700 setiap kilogram.

 

“Ini masalahnya yang harus segera mencari solusi,” terangnya.

 

Bupati berharap ada investor yang bisa membeli gabah petani, tetapi investor yang bisa membeli gabah petani dengan harga mahal atau minimal harga yang lebih rasional, tidak merugikan petani. Sehingga tidak membuat masyarakat sejahtera.

 

“Ini potensi besar, untungnya pasti bagi investor dan untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

 

Selain masalah pertanian, produksi kakao di Jembrana yang diekspor masih rendah. Setiap tahun produksi sekitar 3.000 ton dan yang difermentasi sekitar 300 ton, tetapi yang diekspor sebanyak 75 ton.

 

Ironisnya, meskipun kakao Jembrana yang ekspor, bukan menggunakan brand kakao Jembrana tetapi menggunakan brand perusahaan.Padahal coklat terbaik dari Jembrana, jika semua difermentasi dan semua bisa dieskpor maka bisa meningkatkan pendapatan daerah.

 

Di samping itu, setelah sebulan lebih menjadi bupati Jembrana peraturan daerah yang dinilai yang sudah tidak relevan, terutama dalam hal pendapatan. Misalnya, perda tentang retribusi tower, sewa tanah dan perda lain yang masih kecil nilainya.

 

Sejumlah persoalan tersebut, awal pemerintahannya bersama Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna, akan memggenjot pendapatan asli daerah dari sumber-sumber potensial, khususnya pertanian, perikanan dan perkebunan.

 

“Banyak potensi yang masih belum digali maksimal. Hal ini menjadi program prioritas yang akan digenjot agar pendapatan asli daerah meningkat,” tegasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/