SINGARAJA– Sebaran kasus positif covid-19 di Kabupaten Buleleng saat ini sebagian besar tersebar di wilayah perkotaan Singaraja.
Dari total seluruh kasus yang ada di Buleleng, sebanyak 40 persen kasus diantaranya berada di Kecamatan Singaraja.
Sebanyak 43 persen sebaran kasus ada di wilayah perkotaan. Itu berarti masyarakat yang tinggal dan berinteraksi di wilayah Kota Singaraja memiliki risiko lebih besar terhadap potensi penularan covid-19.
Merujuk data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Buleleng, dari 923 kasus terkonfirmasi positif di Buleleng, sebanyak 377 kasus diantaranya tersebar di Kota Singaraja, Buleleng.
Itu berarti sebanyak 40,8 persen kasus berada di wilayah Kota Singaraja. Sekretaris Satgas Covid-19 Buleleng Gede Suyasa tak menampik hal tersebut.
Bila melihat rasio sebaran kasus, memang sebaran di wilayah Kota Singaraja yang paling banyak. Menurutnya, hal itu tak lepas dari jumlah penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Buleleng.
“Belum lagi kepadatannya tinggi, tingkat kerumunan tinggi, transaksi ekonomi juga tinggi. Sehingga peluang penularan juga tinggi.
Tapi kami juga bersyukur bahwa tingkat kesembuhannya juga tinggi,” kata Gede Suyasa saat ditemui di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng kemarin.
Menurut Suyasa, dengan penerapan protokol kesehatan yang makin ketat, penambahan kasus sudah makin landai.
Upaya pemerintah memperketat penerapan protokol kesehatan secara ketat sejak sebulan terakhir mulai menunjukkan hasil yang signifikan.
Sehingga penambahan kasus terkonfirmasi di Buleleng tak lebih dari 10 kasus per hari. Khusus untuk pasien dengan status asimtomatik alias tanpa gejala, Suyasa menyatakan pemerintah akan tetap melaksanakan protokol karantina di bawah pengawasan medis.
Protokol itu diberlakukan untuk mencegah kemunculan klaster keluarga. Sebab selama ini klaster keluarga sangat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kasus.
“Kalau mau karantina di Buleleng boleh saja. Asal dia bisa memastikan punya tempat khusus untuk karantina mandiri yang terpisah dengan keluarga yang lain.
Kalau tidak bisa memastikan secara faktual, ya akan kami pindahkan ke fasilitas yang ada di Denpasar,” imbuh Suyasa.