SINGARAJA – Konflik pemanfaatan air bersih antara Desa Les dan Desa Penuktukan di Kecamatan Tejakula, akhirnya harus melibatkan Pemkab Bangli.
Sebab sumber air yang menjadi muara konflik, berada di Desa Batih, Kecamatan Bangli. Selama ini kedua desa memanfaatkan air bersih dari desa tersebut.
Kelompok pengelola air bersih di kedua desa, mendapatkan jatah air bersih sebanyak 10 liter per detik. Seiring dengan perkembangan waktu, suplai air bersih itu tak lagi cukup. Bahkan memicu konflik antara Desa Les dan Desa Penuktukan.
Mengatasi konflik tersebut, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sempat bertemu dengan Bupati Bangli I Made Gianyar.
Pertemuan dilakukan di Museum Geopark, Kintamani, Selasa (11/8) lalu. Pertemuan itu juga dihadiri Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Eka Putra,
Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng I Made Lestariana, dan Camat Tejakula Nyoman Widiartha.
Saat dikonfirmasi Bupati Agus Suradnyana mengaku sudah bertemu dengan Bupati Bangli.
Pertemuan itu memang khusus dilakukan untuk menyelesaikan masalah sengketa air bersih antara Desa Les dengan Desa Penuktukan.
“Jadi persoalan ini masih didiskusikan. Sehingga nanti kewenangan (pengelolaan) air ini dikembalikan pada MoU antara bupati dengan bupati.
Bukan antara desa adat dengan kelompok masyarakat. Biar nggak rancu,” kata Agus saat ditemui di Desa Sawan.
Bupati Agus sudah meminta agar Dinas PUTR bersama dengan PDAM Buleleng membuat kajian secara teknis.
Baik itu volume maupun model distribusi air bersih.Selain itu Bagian Kesra Setda Buleleng juga diminta melakukan kajian secara ekonomi, budaya, termasuk kajian secara niskala.
“Siapa tahu nanti perlu upacara aci-aci di sana. Nah ini Bagian Kesra yang menyelesaikan. Saya sudah minta Asisten Tata Pemerintahan (Putu Karuna) mengordinir proses kajian ini,” tegasnya.
Sementara untuk jangka panjang, Agus berharap agar BWS segera menyelesaikan pemasangan pipa induk.
Sehingga pipa bisa tersambung hingga wilayah Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula. Dari hasil hitungan teknis, diperkirakan butuh anggaran antara Rp 20 miliar hingga Rp 25 miliar untuk menyelesaikan pipa itu.
Penyelesaian pipa induk itu dianggap penting, sebab saat ini masih ada debit air sebesar 50 liter per detik, yang belum dioptimalkan pemanfaatannya.
Dengan tambahan pipa transmisi hingga Sambirenteng, Agus meyakini permasalahan air bersih di Desa Les dan Penuktukan untuk jangka panjang, bisa diselesaikan.
“Kita butuh anggaran lagi Rp 20-25 miliar untuk distribusikan debit air yang 50 liter per detik ini. Mudah-mudahan ini bisa dilakukan dengan
sharing dana antara daerah, provinsi, maupun APBN. Sehingga masalah ini bisa cepat kita selesaikan,” tukas Bupati Agus.
Seperti diberitakan sebelumnya, prajuru Desa Adat Les sempat mendatangi Rumah Jabatan Bupati Buleleng pada Jumat (17/7) lalu.
Prajuru desa mengadukan masalah krisis air bersih yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi krisis air bersih semakin parah pada tahun ini. Apabila dibiarkan berkepanjangan dikhawatirkan akan memicu konflik antar masyarakat.
Saat ini suplai air untuk kedua desa hanya 10 liter per detik. Selama musim kemarau, debit air bahkan menyusut hingga 30 persennya.
Dampaknya terjadi sengketa pemanfaatan air bersih di kedua desa.Mengingat kebutuhan air bersih di kedua desa, mencapai 25 liter per detik.