TABANAN – Siapa tak kenal dengan Made Wianta, maestro perupa yang sudah mendunia. Pria kelahiran Tabanan 20 Desember 1949 berpulang setelah menderita sakit bertahun-tahun lamanya.
Made Wianta mengembuskan napas terakhirnya ketika sedang menjalani perawatan medis di RS Bross Denpasar, Jumat (13/11) sekitar pukul 14.49 wita.
Salah satu keluarga almarhum, Subrata, 71, mengatakan, almarhum adalah orang desa yang kebetulan lahir dari keluarga keturunan seni.
Bakat seninya lahir dan tumbuh alami di Desa Apuan, Baturiti, Tabanan. “Seingat saya ketika saya masih kecil di desa almarhum tak bisa lepas dengan melukis.
Tak hanya itu almarhum jago dalam tabuh dan menari,” kenang keluarga korban yang kini bekerja sebagai salah satu jurnalis di salah media besar di Bali.
Subrata mengaku sakit yang dialami almarhum Made Wianta terjadi sejak tiga tahun yang lalu setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Karena sakit, sejak itu alamarhum tak berkarya lagi di bidang seni. “Terakhir saya ketemu beliau waktu odalan di Merajan Alit di Desa Apuan,
Baturiti sebelum Hari Raya Galungan. Beliau saat itu duduk di kursi roda dan hampir seluruh keluarga berkumpul,” ungkapnya.
Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Intan Kirana dengan dua anaknya bernama Buratwangi dan Sanjiwani.
Kedua anak yang saat ini ada mengalir bakat seni Yakni Sanjiwani. “Sepengetahuan saya Sanjiwani pernah mengikuti pameran lukisan di luar negeri. Kendati anak kedua dari Made Wianta lulus di jurusan arsitektur,” imbuhnya.
Kelian Dinas Banjar Apuan I Made Cendoarsa mengatakan, jenazah maestro Made Wianta tiba di Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan Jumat sore sekitar pukul 17.00 Wita.
Sang Maestro dikatakan meninggal Jumat sore sekitar pukul 14.00 Wita dirumah sakit Bross Denpasar. “Meninggal di Denpasar sekitar jam 14.00 Wita, tidak meninggal di Banjar Apuan,” ujarnya.
Diakui Cendoarsa, sebelum meninggal Sang Maestro sudah lama menderita sakit semacam stroke. Selama sakit Made Wianta tinggal di Denpasar.
“Sakitnya semacam stroke sudah 2 tahun, jadi kalau ke Apuan tidak sering, lebih banyak tinggal di Denpasar,” imbuhnya Cendoarsa.
Sesuai dengan rembuk keluarga, Made Wianta akan diupacarai secara kremasi di Kabupaten Buleleng pada Soma Umanis Medangkungan Senin (16/11) nanti.
“Lokasi persisnya saya kurang tahu Buleleng mana, katanya krematorium yang dekat pantai,” aku Cendoarsa ketika dihubungi via sambungan telepon.
Ditambahkan, saat ini krama Desa Apuan berserta sejumlah kerabat sang maestro Made Wianta sudah melayat kerumah duka.
Keberangkatan menuju tempat upacara di Buleleng belum diketahui karena sesuai dengan kloter yang didapat.(