SINGARAJA – Seleksi calon Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Buleleng terus berlanjut. Kemarin (13/12) para calon Sekkab,
menjalani tes wawancara di aula Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Buleleng.
Uniknya dalam seleksi kemarin, salah seorang peserta justru menyatakan diri tidak siap menjadi Sekkab.
Keempat calon itu adalah Asisten Pemerintahan Setda Buleleng Putu Karuna, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini,
Asisten Administrasi Umum Setda Buleleg Gede Suyasa, dan Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Sandhiyasa.
Mereka memaparkan makalah mereka, dan langsung diwawancarai oleh anggota panitia seleksi (pansel). Pansel yang hadir pun komplit.
Yakni Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Bali Ketut Lihadnyana, Kepala Inspektorat Bali I Wayan Sugiada, akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Prof I Gede Astra Wesnawa dan Prof I Wayan Suastra, serta mantan birokrat Ketut Ardha.
Salah seorang peserta seleksi, Putu Karuna, mengaku dirinya sebenarnya belum siap menjadi Sekkab. Pernyataan itu ia sampaikan pada wartawan usai menjalani seleksi.
“Saya sebenarnya tidak siap jadi sekda. Terus terang saja, pertama pendidikan saya dibandingkan teman-teman yang lain, saya yang paling rendah. Kemudian pengalaman saya yang paling sedikit. Intinya kami lah yang paling junior,” kata Karuna.
Ia mengaku mengikuti seleksi hanya untuk mencari pengalaman saja. Selain itu ia juga mendaftar, agar proses rekrutmen bisa berjalan.
Mengingat hingga hari terakhir pendaftaran, jumlah pelamar belum memenuhi syarat minimal. “Kami juga tidak ingin proses ini tertunda. Tentu tidak salah kalau kami ikut.
Meski tidak siap (jadi sekkab), pengalaman kan dapat. Kalau ada kesempatan (seleksi lagi), kami akan coba lagi. Itu pun kalau masih memungkinkan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pansel Sekkab Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan seluruh peserta sebenarnya memiliki kompetensi yang baik.
Seluruh peserta memiliki visinya sendiri-sendiri. Termasuk dalam penerapan kebijakan-kebijakan di era digital.
“Kami di tim pansel akan memberi penilaian yang objektif dan transparan. Memang dalam proses seleksi ini sedikit berbeda, dibanding jabatan pimpinan tinggi lainnya.
Sebab kami harap yang terpilih nanti punya wawasan yang luas dan berani terapkan aturan, karena ini jabatan puncak birokrasi,” katanya.
Lihadnyana memastikan proses penilaian masih akan terus berjalan. Sebab kini proses yang baru selesai baru sebatas assessment, tes tulis berupa pembuatan makalah, serta seleksi wawancara.
Masih ada satu tahapan lagi, yakni penelusuran rekam jejak. “Sebab ini jabatan puncak, jadi penelusurannya harus mendalam.
Ini menyangkut human relation, baik di tempat kerja maupun di masyarakat. ini menyangkut kemampuan socio-cultural mereka,” tukasnya.
Rencananya hasil seleksi pansel, akan diumumkan pada Senin (16/12) mendatang. Saat itu pansel akan melakukan rapat dan menyusun berita acara penilaian.
Pansel akan menyerahkan tiga nama yang memiliki nilai seleksi tertinggi pada Bupati Buleleng. Selanjutnya bupati berhak memilih satu nama dari total tiga nama yang diserahkan pansel.