SEMARAPURA – Layanan PDAM Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung kerap dikeluhkan para pelanggan lantaran air kerap tidak mengalir bahkan hingga lebih dari sehari. Jaringan yang sudah tua menjadi penyebab kebocoran sehingga mengganggu layanan. Bahkan di tahun 2020, kebocoran atau kehilangan air yang dialami PDAM Klungkung berada di atas standar nasional.
Direktur Tirta Mahottama Kabupaten Klungkung, Nyoman Renin Suyasa mengungkapkan, jaringan PDAM Klungkung terutamanya yang berada di Kota Semarapura banyak yang sudah tua. Mengingat jaringan air itu sudah ada sejak zaman Belanda. Lantaran kondisi itu, kerap terjadi kebocoran jaringan sehingga layanan pun terganggu.
“Jadi bocor karena jaringan yang sudah tua. Sebagian besar di wilayah kota,” terangnya.
Tidak tanggung-tanggung, pihaknya mencatat kebocoran atau kehilangan air yang dialami PDAM Klungkung tahun 2020 mencapai 35 persen. Itu melebihi standar kebocoran nasional yang besarannya 20 persen dari total air yang diproduksi PDAM.
“Di sumber-sumber air, kami pasang water meter induk sehingga perhitungan kebocoran riil,” katanya.
Untuk menekan kebocoran, menurutnya dibutuhkan peremajaan jaringan. Dan menurutnya anggaran yang dibutuhkan untuk itu tidaklah sedikit. Sehingga diupayakan dengan melakukan pinjaman melalui program pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Adapun anggaran yang dibutuhkan untuk memaksimalkan layanan PDAM Klungkung, yakni sekitar Rp 74 miliar lebih.
“Perencanaan itu menuju 100 persen akses air minum sesuai dengan program pemerintah,” ujarnya.