RadarBali.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat dan para pendaki agar tidak mendekati kawah Gunung Agung.
Sebab, gunung berapi terbesar di Bali itu sewaktu-waktu bisa “batuk”. Hal itu ditandai dengan mengalami peningkatan aktivitas vulkanologi yang bisa membahayakan selama dua hari terakhir.
Tepat pukul 14.00, Kamis (14/9), PVMBG menaikkan status normal (level satu) menjadi waspada (level dua).
“Aktivitas vulkanik Gunung Agung saat ini dalam keadaan tidak stabil, sehingga probobalitas untuk terjadi letusan menjadi meningkat. Meskipun kejadiannya tidak dapat dipastikan,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Dewa Made Indra.
Masyarakat di sekitar Gunung Agung, para pendaki, pengunjung serta wisatawan agar tidak beraktivitas dan melakukan pendakian di area kawah gunung.
PVMBG melarang seluruh aktivitas di wilayah radius 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung atau 1.500 meter dari permukaan laut.
“Kami minta masyarakat sekitar Gunung Agung tetap tenang, tapi harus waspada. Tidak terpancing isu-isu dari sumber yang tidak jelas,” tegasnya.
Berdasar pengamatan PVMBG, aktivitas gempa tektonik lokal yang mengindikasikan perubahan stress batuan di sekitar Gunung Agung terekam mulai meningkat konsisten sejak 26 Agustus 2017.
PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Agung. Pemantau PVMBG Gunung Agung berada di Desa Rendang, Karangasem.
Sementara PVMBG yang memantau Gunung Batur berada di Kintamani, Bangli. Ditegaskan Indra, jika aktivitas naik dari waspada (level dua), bahkan meningkat menjadi siaga (level tiga) dan awas (level empat), maka BPBD sudah menyiapkan berbagai langkah penyelamatan.
Indra menyatakan, pihaknya sudah siap dengan segala kemungkinan terjadi. “Kami berharap semua aman, tapi harus tetap waspada. Sebab, Gunung Agung adalah gunung berapi yang masih aktif,” beber pria berkacamata itu.