SINGARAJA – Sejumlah aktivis tembakau dan cengkih yang tergabung dalam Komunitas Kretek, Sabtu (15/9) pagi menggelar aksi teaterikal di sejumlah titik yang ada di Kota Singaraja.
Aksi teaterikal itu merupakan bentuk protes serta penolakan terhadap hasil Konferensi Tembakau Asia Pasifik ke-12 (APACT).
Aksi itu dipusatkan di lima titik di Kota Singaraja.
Yakni di RTH Bung Karno, Taman Panji Sakti, Taman Makam Pahlawan Curastana, Eks Pelabuhan Buleleng, serta Pantai Penimbangan.
Dalam aksi itu, selain melakukan aksi teaterikal, mereka juga menyanyikan yel-yel yang mendorong pemerintah melindungi petani tembakau serta cengkih.
Termasuk memberikan perlindungan terhadap industri hasil tembakau, utamanya yang ada di Indonesia.
Koordinator Komite Nasional Pelestarian Kretek, M. Nur Azami mengatakan, aksi teaterikal itu merupakan ekspresi dari komponen yang terlibat pada pertanian tembakau dan cengkih.
Azami menegaskan mereka menolak segala bentuk gerakan pengendalian tembakau.
“Apabila industri hasil tembakau dimatikan, ini sangat mengancam kedaulatan bangsa.
Sebab hal ini penyangkut hajat hidup orang banyak.
Terutama petani tembakau dan cengkih.
Bayangkan ada 6,5 juta petani di Indonesia yang bergantung pada komoditas ini,” kata Azami saat ditemui di RTH Bung Karno, Sabtu pagi.
Sementara itu Koordinator Komunitas Kretek, Aditia Purnomo mengatakan, aksi teaterikal itu sengaja dilangsungkan di Kabupaten Buleleng.
Sebab Buleleng merupakan daerah yang perekonomiannya terbentuk dari perkebunan tembakau dan cengkih.
Apabila pengendalian tembakau dilakukan, Aditia menyatakan hal itu akan berdampak langsung pada perekonomian di Buleleng.
“Kalau pengendalian tembakau diwujudkan, itu akan berdampak langsung pada Kabupaten Buleleng.
Bayangkan dampak ekonomi yang muncul kalau tanaman tembakau dihapus.
Apalagi tembakau dan cengkih ini saling berkaitan,” kata Aditia.