SINGARAJA – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Hita Buleleng mengklaim tengah mengalami penyusutan produksi air bersih. Hal ini disebabkan oleh musim kemarau. Pada musim kemarau, perusahaan mengklaim produksi air mereka menyusut hingga 30 persen.
Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng Made Lestariana mengaku, pada musim kemarau ini memang berpotensi terjadi krisis air bersih. Terlebih musim kemarau ini cukup panjang. Hujan sudah tidak turun sejak awal Mei hingga kini. Itu artinya sudah 5 bulan kawasan Buleleng, utamanya Kota Singaraja, tidak diguyur hujan.
“Perhitungan kami, pada musim kemarau sekarang turunnya sampai 30 persen. Itu titik penyusutan tertinggi yang kami alami,” kata Lestariana.
Lestariana menyebutkan pada bulan-bulan normal, kapasitas produksi air bersih di PDAM Buleleng mencapai 761 liter per detik. Kapasitas produksi itu cukup untuk melayani 55.549 pelanggan yang kini tercatat di perusahaan.
Namun pada musim kemarau ini, penurunan produksi cukup signifikan. Mencapai 228 liter per detik. Sehingga kapasitas produksi air bersih kini hanya tersisa sebanyak 533 liter per detik.
“Sebenarnya kalau dengan hitungan 761 liter per detik itu, layanan kita masih normal. Bahkan sampai over produksi. Tapi kalau pas musim kemarau, itu jelas jadi kendala. Apalagi kalau pas beban puncak pemakaian,” imbuhnya.
Dengan menurunnya kapasitas produksi itu, Lestariana mengaku masih berusaha meningkatkan kapasitas produksi. Saat ini perusahaan yang dulunya bernama PDAM Buleleng tengah melakukan eksplorasi sumur dalam. Ketiga sumur itu diharapkan bisa memberikan tambahan produksi hingga 30 liter per detik.
“Sementara baru selesai satu sumur bor, itu ada di Desa Tinga-Tinga. Perkiraan awal kami, bisa dapat 10 liter per detik di sana. Tapi hasil pengukuran sementara, kita bisa dapat lebih. Bahkan bisa sampai 15 liter per detik,” demikian Lestariana.