MENGENING – Ratusan batang pohon cengkih di Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, terserang penyakit jamur akar putih.
Bahkan wabah jpenyakit jamur akar putih diakui petani terjadi sejak delapan tahun terakhir.
Sayang meski bertahun-tahun, namun pemerintah daerah seperti setengah hati merespon dengan masalah yang dihadapi petani.
Akibatnya, bukan hanya was-was, sulitnya mengatasi penyakit ini juga membuat petani khawatir.
Para petani takut, jika tak segera ditangani, maka akan berdampak pada produksi cengkeh. “Kami sudah berusaha menanggulangi. Sudah berbagai obat kami pakai, tapi nggak mempan.
Memang ada yang pulih, tapi sebagian besar kering, daunnya rontok. Kami nyerah sudah. Biayanya terlalu tinggi,” keluh Gede Sumardana, salah seorang petani.
Perbekel Mengening, Ketut Angga Wirayuda tak menampik kondisi itu. Ia mengaku telah melapor ke Dinas Pertanian Buleleng.
Tim bersama penyuluh dari dinas pun sudah sempat turun.
Hanya saja penanggulangan itu harus dilakukan secara serentak dan simultan.
Bila dilakukan secara parsial, penyakit itu dikhawatirkan terus merembet ke cengkih lain.
“Jujur saja masyarakat kami resah dengan penyakit ini. sebagian besar masyarakat kami mengandalkan penghasilan dari cengkih ini.
Entah sebagai petani atau sebagai buruh,” katanya.
Dampak penyakit itu pun tak main-main.
Produksi lahan turun drastis. Biasanya per hektare lahan cengkih bisa menghasilkan hingga tiga ton cengkih basah per tahunnya.
Namun kini akibat serangan penyakit, produksi cengkih tak lebih dari 500 kilogram per hektare.
“Kalau dulu awal-awal ada itu kan satu hektare kita ketemu satu pohon yang sakit. Tapi kalau satu sudah kena penyakit, pasti merembet.
Sekarang banyak yang kena. Kalau sudah kena, biasanya kami tebang biar tidak merembet,” keluhnya.
Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah serius untuk melakukan rehabilitasi.
Apabila terus dibiarkan, ia khawatir perekonomian di Mengening akan terganggu. Terlebih perekonomian desa setempat sangat dipengaruhi dengan pertanian cengkih