SINGARAJA– Sempat terbebas banjir selama dua tahun terakhir, kini masalah banjir kembali menghantui kawasan Kota Singaraja. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Singaraja pada Sabtu (15/1) sore, memicu banjir di sejumlah titik.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, banjir terjadi di sejumlah titik langganan. Di antaranya di Kelurahan Kampung Baru dan Kelurahan Kaliuntu. Saluran drainase yang baru dibuat, tak banyak membantu penanggulangan banjir.
Wilayah Desa Baktiseraga yang sempat bebas dari banjir sejak 2019 lalu, kini mulai kebanjiran lagi. Banjir terjadi di sepanjang Jalan Laksamana, Desa Baktiseraga. Selain itu Jalan Ahmad Yani Barat hingga persimpangan menuju Desa Pemaron juga terendam banjir. Titik genangan terparah ada di simpang empat Pantai Penimbangan.
Perbekel Baktiseraga Gusti Putu Armada mengatakan, hujan yang turun kemarin terbilang ekstrem. Selama dua tahun terakhir, kata Armada, wilayahnya tak pernah terendam banjir. Terutama setelah dilakukan perbaikan saluran drainase. Selain itu sodetan di Daerah Irigasi (DI) Tiingtali juga sudah dibuat.
“Sudah dua tahun kita tidak pernah banjir lagi seperti ini. Memang volume air yang datang hari ini di luar dugaan. Sehingga airnya meluber kemana-mana. Jalan kita jadi sungai semua sore ini. Menurut saya hujan kali ini memang ekstrem,” kata Armada.
Armada mengatakan, pihak desa bukannya diam dengan permasalahan tersebut. Tiap pekan aparat desa dan warga telah berusaha membersihkan saluran sungai. Hanya saja upaya itu tak bisa mencegah banjir.
Ia berharap Dinas Pekerjaan Umum dapat membantu kembali pengerukan sedimen sungai. Sebab pengerukan sedimen terakhir kali dilakukan pada tahun 2019 silam.
“Karena limpahan air dari atas itu pasti bawa material dan sedimennya pasti menumpuk. Kami harap bisa dibantu normalisasi secara rutin. Kalau bisa setahun atau paling tidak 2 tahun sekali,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, hujan yang turun kemarin di luar dugaan. “Curah hujannya sangat tinggi. Drainase kita tidak mampu menampung air sebanyak itu. Akhirnya meluber sampai ke jalan raya,” kata Adiptha.
Menurutnya setiap hujan Dinas PU telah menyiagakan 100 orang petugas pembersihan drainase. Hanya saja kali ini petugas itu tak bisa berbuat banyak. Karena volume air yang datang dari hulu sangat tinggi. Sehingga petugas tak bisa bekerja, karena risiko yang dihadapi sangat tinggi.
“Kami masih identifikasi kembali masalah yang terjadi di lapangan. Untuk mengantisipasi terulang kembali. Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait, baik itu Dinas PU Provinsi maupun Balai Sungai. Kami juga masyarakat ikut berpartisipasi. Paling tidak menjaga kebersihan. Supaya air bisa mengalir dengan lancar, tidak tersumbat sampah,” kata Adiptha.