28.3 C
Jakarta
11 Desember 2024, 11:36 AM WIB

Hibernasi Sejak 1963, Tradisi Kuno Perang Api Bikin Hidup Warga Duda

AMLAPURA – Krama Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem kembali menggelar tradisi Siat Api. Ini merupakan tradisi kuno yang sempat mandeg sejak tahun 1963.

Perbekal Duda Timur yang juga anggota Kerta Desa Desa Pakraman Duda, Gede Pawana mengatakan kalau tradisi ini sudah mulai di gelar sejak tahun lalu.

Perayaan ritual kali ini sempat terganggu karena kondisi Gunung Agung yang fluktuatif. Untung saja Gunung Agung sudah lebih tenang sehingga perayaan ritual tersebut bisa dijalankan  dengan baik.

Diakui, perayaan kali ini lebih meriah dengan dimeriahkan dua seke bele ganjur yakni Banjar Pegubungan dan Banjar Pesangkan.

Kehadiran bale ganjur sendiri adalah sebagai penyemangat para pemuda yang ngayah melakukan ritual siat api tersebut.

Kegiatan ini diawali sore kemarin tepat saat nyaluk Sandikala atau petang. Warga Desa Pakraman Duda nampak berkumpul di perbatasan dua banjar yakni Banjar Pesangkan dan Banjar Duda tepatnya di Tukad Sangsang.

Mereka adalah para temuda dan warga lainya. mereka hadir dengan menggunakan pakaian adat  Bali namun tidak menggunakan baju tetapi tetap memakai udeng atau destar.

Mereka memegang prakpak yang sudah menyala  yakni terbuat dari daun kepala kering yang diikat begitu rupa.

Sebelum ritual siat api ini warga berkumpul terlebih dulu di jaba Pura Puseh Desa Pakraman Duda. Disini mereka menggelar persembahyangan untuk memohon keselamatan.

Kemudian mereka bergerak menuju jembatan Tukad Sangsang. Siat api ini memang wajib dilakukan di berbatasan kedua banjar tersebut.

Dan, ini merupakan tradisi kuno yang sudah ada sejak ratusan tahun.  Alasan tradisi tersebut sempat tidak dilanjutkan sejak tahun 1963 karena  Gunung Agung meletus saat itu.

Menurut Jro Komang Sujana, kegiatan ini sebagai ajang silaturahmi antar pemuda di Desa Pakraman Duda. Saat ritual dimeriahkan dengan gamelan bale ganjur dan nyanyian sakral. 

AMLAPURA – Krama Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem kembali menggelar tradisi Siat Api. Ini merupakan tradisi kuno yang sempat mandeg sejak tahun 1963.

Perbekal Duda Timur yang juga anggota Kerta Desa Desa Pakraman Duda, Gede Pawana mengatakan kalau tradisi ini sudah mulai di gelar sejak tahun lalu.

Perayaan ritual kali ini sempat terganggu karena kondisi Gunung Agung yang fluktuatif. Untung saja Gunung Agung sudah lebih tenang sehingga perayaan ritual tersebut bisa dijalankan  dengan baik.

Diakui, perayaan kali ini lebih meriah dengan dimeriahkan dua seke bele ganjur yakni Banjar Pegubungan dan Banjar Pesangkan.

Kehadiran bale ganjur sendiri adalah sebagai penyemangat para pemuda yang ngayah melakukan ritual siat api tersebut.

Kegiatan ini diawali sore kemarin tepat saat nyaluk Sandikala atau petang. Warga Desa Pakraman Duda nampak berkumpul di perbatasan dua banjar yakni Banjar Pesangkan dan Banjar Duda tepatnya di Tukad Sangsang.

Mereka adalah para temuda dan warga lainya. mereka hadir dengan menggunakan pakaian adat  Bali namun tidak menggunakan baju tetapi tetap memakai udeng atau destar.

Mereka memegang prakpak yang sudah menyala  yakni terbuat dari daun kepala kering yang diikat begitu rupa.

Sebelum ritual siat api ini warga berkumpul terlebih dulu di jaba Pura Puseh Desa Pakraman Duda. Disini mereka menggelar persembahyangan untuk memohon keselamatan.

Kemudian mereka bergerak menuju jembatan Tukad Sangsang. Siat api ini memang wajib dilakukan di berbatasan kedua banjar tersebut.

Dan, ini merupakan tradisi kuno yang sudah ada sejak ratusan tahun.  Alasan tradisi tersebut sempat tidak dilanjutkan sejak tahun 1963 karena  Gunung Agung meletus saat itu.

Menurut Jro Komang Sujana, kegiatan ini sebagai ajang silaturahmi antar pemuda di Desa Pakraman Duda. Saat ritual dimeriahkan dengan gamelan bale ganjur dan nyanyian sakral. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/