NEGARA – Warga Banjar Loloan, Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, sampai saat ini masih berada di tenda di pengungsian sementara pasca banjir bandang beberapa hari lalu.
Sebanyak 12 kepala keluarga yang berada di pengungsian masih trauma terjadi banjir susulan sehingga memilih tetap berada di tenda pengungsian.
Selain itu, dua orang kepala keluarga (KK) tidak bisa kembali ke rumahnya karena rumah sudah rusak parah dan salah satunya hanyut.
Sejumlah warga yang tinggal di tenda pengungsian mengaku masih takut kembali ke rumahnya karena hujan deras masih sering terjadi.
Mereka khawatir banjir bandang kembali datang. Disamping itu, sejumlah perabotan rumah hanyut terbawa banjir yang terjadi pada Jumat (15/1) dini hari lalu.
Dampak banjir paling parah dialami Misbah, 56, rumah satu-satunya hanyut terbawa banjir dengan tanahnya.
Karena tanah yang ditempati sudah hilang dan menjadi aliran sungai, Misbah saat ini hanya bisa tinggal di tenda pengungsian bersama keluarganya.
“Hilang semua, tanah dan bangunnya,” ungkapnya. Bahkan, surat-surat berharga seperti sertifikat tanah yang sudah hilang juga hanyut terbawa banjir, hanya tersisa foto kopi sertifikat tanah.
Sementara barang berharga lainnya hanya sebagian yang berhasil diselamatkan. “Sementara numpang di tenda, tidak tahu mau tinggal dimana. Sudah tidak ada tanah untuk bangun,” ungkapnya.
Hal senada diungkap Agus Suparwan, 31, menantu dari Misbah yang rumahnya tepat di sebelah selatan rumah mertuanya yang hanyut.
Rumah Agus juga terancam hanyut karena sebagian pondasi rumah sudah tergerus banjir, sehingga sementara tinggal di pengungsian.
Menurut Agus, keluarga dan warga lainnya masih trauma dengan banjir bandang yang terjadi. Terutama anak-anak, masih trauma dengan banjir bandang yang terjadi pada Jumat dini hari itu.
“Anak saya yang kecil masih umur 6 tahun, sempat ngajak pulang tapi lihat kondisi rumah sudah tidak bisa ditempati,” ungkapnya.