28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:04 AM WIB

Cegah Corona Siswa Diliburkan, Sopir Angkutan Siswa Gratis Pusing

SEMARAPURA – Seiring semakin mudahnya masyarakat membeli kendaraan roda dua pada utamanya, angkutan umum kian terlupakan.

Hanya pedagang berusia lanjut saja yang masih memanfaatkan angkutan umum hingga saat ini.

Karena itu program Angkutan Siswa Gratis yang diluncurkan Pemkab Klungkung untuk mengantar jemput siswa SMP

di Kecamatan Klungkung ke sekolah sejak tahun 2017 lalu itu dirasakan sangat membantu para sopir angkutan umum.

Hanya saja saat siswa mendapat libur panjang atau tidak melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai dampak

merebaknya virus corona, para sopir Angkutan Siswa Gratis mulai kebingungan untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti yang terjadi saat ini. Melalui surat edarannya, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta meniadakan kegiatan belajar di sekolah mulai 16-30 Maret 2020 mengantisipasi penyebaran virus corona.

Selama itu pula para sopir program tersebut tidak mendapat upahnya. Menurut salah seorang sopir Angkutan Siswa Gratis, Nyoman Suardana, 55,

saat ini hanya pedagang berusia lanjut saja yang masih menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi mereka.

Sehingga pendapatan kotor yang dia peroleh berkisar Rp 75 ribu – Rp 100 ribu per hari. “Rp 100 ribu per hari itu termasuk banyak.

Rata-rata kalau hanya mengandalkan penumpang umum pendapatannya sekitar Rp 75 ribu per hari. Belum biaya bensin sekitar Rp 50 ribu – Rp 60 ribu per hari.

Bersihnya cuma dapat sekitar Rp 30 ribuan sudah lumayan,” ungkapnya. Sehingga dia sangat bersyukur dengan adanya program Angkutan Siswa Gratis.

Sebab dengan adanya program itu, dia mendapatkan pemasukan tambahan sebesar Rp 100 ribu per harinya. Selain itu jam kerjanya juga terbilang singkat.

Dia hanya perlu menjemput siswa di lokasi yang sudah ditentukan pada pukul 06.00-06.30 dan pada siang hari sekitar pukul 12.00. “Jadi hanya dua kali keberangkatan,” jelasnya.

Hanya saja upah itu akan diperolehnya ketika siswa masuk sekolah seperti biasa. Saat libur sekolah atau saat siswa tidak melakukan proses pembelajaran di sekolah, upahnya tidak dibayarkan selama itu pula.

Sehingga selama siswa tidak bersekolah, dia hanya bisa mengandalkan penumpang masyarakat umum yang jumlahnya tidak terlalu banyak itu.

“Anjlok sekali pendapatannya. Semoga virus ini cepat hilang. Istri saya jualan jajan juga terkena dampaknya. Penjualannya menurun,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Seiring semakin mudahnya masyarakat membeli kendaraan roda dua pada utamanya, angkutan umum kian terlupakan.

Hanya pedagang berusia lanjut saja yang masih memanfaatkan angkutan umum hingga saat ini.

Karena itu program Angkutan Siswa Gratis yang diluncurkan Pemkab Klungkung untuk mengantar jemput siswa SMP

di Kecamatan Klungkung ke sekolah sejak tahun 2017 lalu itu dirasakan sangat membantu para sopir angkutan umum.

Hanya saja saat siswa mendapat libur panjang atau tidak melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai dampak

merebaknya virus corona, para sopir Angkutan Siswa Gratis mulai kebingungan untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti yang terjadi saat ini. Melalui surat edarannya, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta meniadakan kegiatan belajar di sekolah mulai 16-30 Maret 2020 mengantisipasi penyebaran virus corona.

Selama itu pula para sopir program tersebut tidak mendapat upahnya. Menurut salah seorang sopir Angkutan Siswa Gratis, Nyoman Suardana, 55,

saat ini hanya pedagang berusia lanjut saja yang masih menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi mereka.

Sehingga pendapatan kotor yang dia peroleh berkisar Rp 75 ribu – Rp 100 ribu per hari. “Rp 100 ribu per hari itu termasuk banyak.

Rata-rata kalau hanya mengandalkan penumpang umum pendapatannya sekitar Rp 75 ribu per hari. Belum biaya bensin sekitar Rp 50 ribu – Rp 60 ribu per hari.

Bersihnya cuma dapat sekitar Rp 30 ribuan sudah lumayan,” ungkapnya. Sehingga dia sangat bersyukur dengan adanya program Angkutan Siswa Gratis.

Sebab dengan adanya program itu, dia mendapatkan pemasukan tambahan sebesar Rp 100 ribu per harinya. Selain itu jam kerjanya juga terbilang singkat.

Dia hanya perlu menjemput siswa di lokasi yang sudah ditentukan pada pukul 06.00-06.30 dan pada siang hari sekitar pukul 12.00. “Jadi hanya dua kali keberangkatan,” jelasnya.

Hanya saja upah itu akan diperolehnya ketika siswa masuk sekolah seperti biasa. Saat libur sekolah atau saat siswa tidak melakukan proses pembelajaran di sekolah, upahnya tidak dibayarkan selama itu pula.

Sehingga selama siswa tidak bersekolah, dia hanya bisa mengandalkan penumpang masyarakat umum yang jumlahnya tidak terlalu banyak itu.

“Anjlok sekali pendapatannya. Semoga virus ini cepat hilang. Istri saya jualan jajan juga terkena dampaknya. Penjualannya menurun,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/