RadarBali.com – Gunung Agung memang sudah ditutup secara resmi untuk pendakian komersil, terutama bagi wisatawan asing.
Tidak itu saja, pendakian untuk upacara atau ritual juga dihentikan. Bahkan, saat warga Duda, Selat, hendak melakukan ritual nunas tirta serta ngaturang pekelem tidak diperbolehkan naik ke puncak, apalagi sampai ke kawah gunung.
Mereka hanya diperbolehkan naik sampai ke petirtaan atau ke telaga mas atau pertengahan Gunung Agung.
Keputusan ini diambil setelah ada imbauan keras dari Polsek Selat untuk melarang siapapun yang berniat melakukan pendakian karena aktivitas Gunung Agung terus meningkat.
Solusinya, upacara ngaturang pekelem hanya dilakukan sampai ke petirtaan, atau di pertengahan Gunung Agung. Padahal, biasanya pekelem dilakukan sampai ke kawah Gunung Agung.
“Rencana sampai puncak, namun karena Jro Mangku tidak membolehkan, maka kami hanya sampai di petirtaan,” ujar IB Suyasa, salah satu rombongan pemedek asal Duda, Selat, Karangasem.
Ritual mulang pekelem ini diantar ole Jro Mangku Reta Astawa dari Pura Pasar Agung. IB Suyasa mengklaim kondisi Gunung Agung kemarin biasa-biasa saja.
Tidak ada ciri – ciri bakal meletus. Semisal bau belerang yang menyengat. Menurutnya, bau belerang tidak terasa. Hewan – hewan yang ada di puncak gunung juga tidak ada yang turun.
“Kalau akan meletus hewan seperti kera pasti turun,” ujar IB Suyasa yakin. Hal sama dilontarkan pemedek lainya I Wayan Darta dan Made Renga.
“Kami berharap segera ada sosialisasi mengantisipasi dampak letusan dari pemerintah agar kami tidak menjadi resah seperti sekarang,” papar keduanya.