RadarBali.com – Malang betul nasib remaja yang diketahui bernama Kadek Sudiadnyana,13 asal Banjar Dinas Batuampar, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini.
Ia tewas disambar oleh petir saat sedang asyik memancing cumi-cumi bersama temannya di perairan Pasir Putih Pokmasta, Desa Pejarakan, Kamis sore kemarin (16/11).
Badannya pun terkapar di atas ban mobil bekas yang digunakan sebagai pelampung. Berdasar keterangan yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali kemarin,
siswa kelas 7 di SMPN 2 Gerokgak tersebut pada pukul 14.00 berangkat memancing bersama temannya yang bernama Kadek Suastika,16 alias Koko.
Keduanya berangkat saat kondisi langit sedang mendung. Segala persiapan juga sudah dibawanya, seperti ban mobil bekas sebagai pelampung.
Sekitar pukul 15.00, hujan mulai turun. Mereka pun tetap melanjutkan aktifitasnya memancing cumi-cumi sekitar 15 meter dari bibir pantai.
Hujan yang semakin deras dengan suara petir berulang-ulang kali pun seolah tak dihiraukannya. “Memang saat itu hujan deras disertai petir,” ujar Ketut Bagus,40 warga sekitar selaku saksi kemarin.
Nah, pada pukul 15.30 kemudian, petir pun kemudian menyambar korban Sudiadnyana. Sementara temannya, yakni Koko selamat dari peristiwa nahas tersebut.
“Saya melihat petir mengarah ke tubuhnya (korban) diikuti suara menggelegar dan api,” lanjut saksi kemarin.
Ketut Bagus bersama saksi lainnya, yakni Gede Minggu,47 asal desa setempat kemudian melihat korban terlentang di atas ban mobil bekas yang digunakan sebagai pelampung.
Bagus bersama Minggu kemudian mendatangi korban dan membawa ke pinggir. Korban sempat diberi pertolongan pertama oleh karyawan Dive Menjangan Dinasty Resort yang diketahui bernama Bram, namun korban tidak sadarkan diri.
Korban pun di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis dan diperiksa oleh Dr. Nyoman Suardyatma.
Sayangnya, kata dokter, korban sudah dinyatakan meninggal dunia akibat sambar petir dan mengalami luka bakar di telinga, pipi, dan badan bagian kanan.
“Sekarang korban sudah di rumah duka. Rencananya tiga hari lagi akan di upacarai,” ujar Perbekel Desa Pejarakan, Made Astawa saat dihubungi koran ini kemarin.
Astawa menerangkan, sebelum kejadian, sejatinya korban sudah pamitan untuk pergi memancing kepada kedua orang tuanya, yakni Wayan Sulandra dan Made Sulitri.
“Sudah pamitan kok sebelum mancing. Lagian Sudiadnyana (korban) memang diketahui suka mancing dari kecil. Namun cuaca kemarin memang kurang baik,” ungkapnya.
Bahkan, Astawa mengatakan saat hujan deras kemarin terdengar empat kali petir dengan suara yang sangat keras.
“Kalau suara petir yang kecil-kecil sih sudah berulang-ulang kali,” ujar pria yang sudah 4 tahun ini menjabat jadi perbekel Pejarakan.
Atas kejadian ini, Astawa menghimbau kepada warga untuk lebih waspada terhadap cuaca ekstream yang terjadi di penghujung tahun ini.
“Kalau hujan deras apalagi disertai petir, lebih baik diam di rumah saja. Jangan melakukan aktifitas yang malah mengancam diri kita sendiri,” tuturnya.