SINGARAJA – Perayaan Imlek tinggal sepekan lagi. Sejumlah rumah ibadah klenteng atau vihara di Buleleng mulai bersolek menyambut datangnya tahun (shio) tikus.
Dua klenteng tertua di Buleleng yang sudah terlihat berhias yakni Klenteng Seng Hong Bio dan Klenteng Ling Gwan Kiong yang berada di Jalan Air Langga Eks Pelabuhan.
Sejumlah ornamen dan lampion merah menyala menghiasi setiap sudut dari ruangan dua klenteng tertua yang berdiri tahun 1873.
Tampak pula dari beberapa anggota jemaat kleteng tersebut mulai sibuk membersihkan tempat ibadah mereka.
Beberapa orang lainnya juga sedang melipat kertas emas (Two Kimg) dibentuk dengan model perahu yang akan dibakar nantinya saat Imlek bagi para dewa-dewa.
“Seluruh persiapan untuk perayaan Imlek nyaris rampung dikerjakan. Besok, (Sabtu red) kami sembahyang untuk upacara pemandian
patung dewa yang ada di kedua Kleteng,” ujar Ketua Perayaan Tahun Baru Imlek 2571/2020 Buleleng Wira Sanjaya (Cong Shn).
Menurutnya, tradisi Imlek memang dengan menghiasi setiap sudah Klengteng atau tempat ibadat Vihara itu sudah rutin setiap tahunnya menjelang perayaaan Imlek.
Imlek sejatinya sebuah tradisi, bukan perayaan hari keagamaan. Karena dalam sejarah masyarakat Tionghoa tahun Imlek adalah tradisi kegembiraan masyarakat untuk menyambut musim dingin ke musim semi.
“Sehingga dua kleteng tertua di Buleleng selalu merayakan dengan rangkaian kegiatan perayaan Imlek akan mulai sejak Jumat (17/1) dengan
puncak acara pada Sabtu (8/2) Februari mendatang. Namun tahun baru Imlek jatuh pada Sabtu (25/1) mendatang,” ungkapnya
Sementara itu, Pipit Budiman Teja (The Pik Hong) selaku Humas Perayaan Imlek 2571 di Buleleng menambahkan, perayaan tradisi Imlek di Buleleng meski setiap tahun rutin dilakukan.
Namun ada yang menarik beberapa tahun belakangan ini. Dimana jemaat atau warga tionghoa yang merayakan Imlek memesangkan lampion gantung di areal kleteng.
Lampion gantung tidak hanya sekedar memasang biasa, tetapi jemaat menulis sebuah ungkap harapan, keinginan dan doa yang ditulis dengan bahasa mandarin.
“Nah lampion tersebut digantung selama satu tahun. Kemudian akan dilepas kembali setelah tahun Imlek berikutnya,” terangnya.
Hal lain juga menarik dari perayaan Imlek adalah saat Cap Go Meh (8/2) mendatang. Panitia juga menyediakan pelepasan lentera terbang.
Lentera terbang yang dilepas keatas langit berisi doa-doa dan, keinginan atau nama-nama yang kirim ke angkasa.
“Dengan tujuan selama tahun tikus selama harapan dan keinginan baik dari segi ekonomi dan kesuksesan karier dan usaha tercapai,” ujarnya.
Budiman juga menyinggung mengenai makna shio atau tahun tikus di Imlek tahun ini. Menurutnya, tikus sebenarnya adalah binatang yang cerdik, gesit dan hati-hati.
Pada umumnya orang-orang dengan shio tikus itu bertindak, berkata melakukan sesuatu pasti dengan sangat terukur dan penuh kehati-hatian.
Kemudian mengingikan prestasi semaksimal dan sebaik mungkin. Namun, shio tikus harus disandingkan dengan sapi.
Karena sapi merupakan binatang yang lambat, tetapi bertenaga besar dan pekerja yang rajin. Artinya apa dalam shio tikus, segala aktivitas harus diseimbang, karena dalam filsafat tionghoa antara baik dan buruk (Yin dan Yang) harus seimbang.
“Kalau disisi ekonomi (keuangan) secara langsung tidak ada pengaruh dalam shio tikus. Roda ekonomi hari ini, lebih terpengaruh
dalam situasi ekonomi dunia (global) secara internasional. Jadi sisi ekonomi tetap sejalan dengan sisi kehidupan,” pungkasnya.