29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:29 AM WIB

43 Jenis Pisang Dikembangkan di Taro, Ini Targetnya…

GIANYAR – Sebanyak 43 jenis pisang dikembangkan di atas lahan 1,07 hektare di wilayah Desa Taro, Kecamatan Tegalalang.

Nantinya, pisang ini akan dijadikan sarana upacara dan konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari warga setempat.

Pelaksana Harian Bupati Gianyar Made Gede Wisnu Wijaya menyatakan, kebutuhan buah pisang untuk konsumsi dan sarana upacara di Bali sangat tinggi.

“Dipilihnya komoditas pisang karena selama ini kita memenuhi kebutuhan pisang dengan mendatangkan dari Jawa.

Dengan diadakannya budidaya pisang di desa Taro ini selain sebagai pelestarian pisang juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pisang untuk konsumsi maupun sarana upacara,” ujar Wisnu Wijaya.

Wisnu Wijaya mengaku penanaman pisang di Taro ini mampu membangun kesadaran masyarakat bahwa menjadi petani pisang juga bisa memberikan keuntungan yang lebih besar.

Melalui pendampingan dari pakar-pakar pertanian Universitas Udayana diharapkan mampu memberikan gambaran bahwa tanaman pisang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kedepan, pemerintah akan memperlebar pengembangan pisang ini di kecamatan lainnya di Kabupaten Gianyar. 

Kepala Desa Taro Wayan Suardika berharap penanaman pisang tersebut kedepannya mampu mengedukasi generasi muda untuk melestarikan pertanian khususnya tanaman pisang.

Apalagi dengan keberadaan Desa Taro sebagai desa wisata akan mampu memberikan nilai tambah kepada petani untuk membuka agrowisata.

“Apalagi ditambah dengan iklim dan keadaan tanah Desa Taro sangat cocok untuk pertanian,” jelasnya.

Kata dia, selain melestarikan 43 jenis pisang yang ada di Bali. tempat penanaman pisang di Taro yang dekat dengan obyek wisata gajah Taro bisa dimanfaatkan sebagai kawasan Agrowisata.

Dengan begitu, pisang tidak saja dicari buahnya, tapi mampu disinergikan dengan pariwisata yang dikenal sebagai agrowisata pisang. Sehingga pisang memiliki nilai tambah dari buahnya dan pariwisata.

“Disamping itu dengan diintegrasikannya pertanian pisang dengan pariwisata akan mampu menempatkan petani sebagai subjek pariwisata sehingga petani dapat langsung menikmati hasil pariwisata di pedesaan,” jelasnya.

Kata dia, kebun pisang di Desa Taro itu juga akan ditumpangsari dengan tanaman terong ataupun cabai untuk meningkatkan pendapatan petani. 

GIANYAR – Sebanyak 43 jenis pisang dikembangkan di atas lahan 1,07 hektare di wilayah Desa Taro, Kecamatan Tegalalang.

Nantinya, pisang ini akan dijadikan sarana upacara dan konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari warga setempat.

Pelaksana Harian Bupati Gianyar Made Gede Wisnu Wijaya menyatakan, kebutuhan buah pisang untuk konsumsi dan sarana upacara di Bali sangat tinggi.

“Dipilihnya komoditas pisang karena selama ini kita memenuhi kebutuhan pisang dengan mendatangkan dari Jawa.

Dengan diadakannya budidaya pisang di desa Taro ini selain sebagai pelestarian pisang juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pisang untuk konsumsi maupun sarana upacara,” ujar Wisnu Wijaya.

Wisnu Wijaya mengaku penanaman pisang di Taro ini mampu membangun kesadaran masyarakat bahwa menjadi petani pisang juga bisa memberikan keuntungan yang lebih besar.

Melalui pendampingan dari pakar-pakar pertanian Universitas Udayana diharapkan mampu memberikan gambaran bahwa tanaman pisang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kedepan, pemerintah akan memperlebar pengembangan pisang ini di kecamatan lainnya di Kabupaten Gianyar. 

Kepala Desa Taro Wayan Suardika berharap penanaman pisang tersebut kedepannya mampu mengedukasi generasi muda untuk melestarikan pertanian khususnya tanaman pisang.

Apalagi dengan keberadaan Desa Taro sebagai desa wisata akan mampu memberikan nilai tambah kepada petani untuk membuka agrowisata.

“Apalagi ditambah dengan iklim dan keadaan tanah Desa Taro sangat cocok untuk pertanian,” jelasnya.

Kata dia, selain melestarikan 43 jenis pisang yang ada di Bali. tempat penanaman pisang di Taro yang dekat dengan obyek wisata gajah Taro bisa dimanfaatkan sebagai kawasan Agrowisata.

Dengan begitu, pisang tidak saja dicari buahnya, tapi mampu disinergikan dengan pariwisata yang dikenal sebagai agrowisata pisang. Sehingga pisang memiliki nilai tambah dari buahnya dan pariwisata.

“Disamping itu dengan diintegrasikannya pertanian pisang dengan pariwisata akan mampu menempatkan petani sebagai subjek pariwisata sehingga petani dapat langsung menikmati hasil pariwisata di pedesaan,” jelasnya.

Kata dia, kebun pisang di Desa Taro itu juga akan ditumpangsari dengan tanaman terong ataupun cabai untuk meningkatkan pendapatan petani. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/