29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:38 AM WIB

Sampah Desa Disulap Jadi Pupuk Organik, Target 20 Desa Punya TPS3R

GIANYAR – Desa Taro di Kecamatan Tegalalang menyulap sampah di desa mereka jadi pupuk organik.

Melalui Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), berton-ton sampah yang masuk ke TPS, kemudian diolah menjadi pupuk organik.

Pupuk selain dijual, juga untuk pengembangan desa menjadi agrowisata. Perbekel Taro I Wayan Warka menyatakan, pengolahan material sampah ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Taro.

Sampah dari rumah tangga masuk ke TPS3R. Kemudian dipilah. Selanjutnya, mesin mencacah sampah organik menjadi pupuk.

“Pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini dijual oleh Bumdes kepada petani setempat,” ujar Warka.

Kata Warka, sampah organik ini akan mendukung Pokdarwis Desa Taro. Pokdarwis sedang mengembangkan kebun organik.

Karena Desa Taro akan membangun agrowisata untuk mendukung pariwisata. Tentunya setelah Covid-19 berakhir. “Karena untuk agro, sehingga permintaan pupuk organik ini cukup tinggi,” ungkapnya.

Lanjut Warka, sisa sampah organik, atau residu hanya mencapai 10 persen. “Hanya 10 persen jadi residu. Tidak bisa diolah. Itu dikirim ke TPA Temesi,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Gianyar, Made Mahayastra berharap warga Desa Taro melaksanakan pengolahan sampah ini sebaik mungkin.

Itu karena Desa Taro menjadi desa wisata yang dikenal dengan keberadaan wisata lembu putih. “Desa wisata harus bersih. Maka pemilahan dan pengolahan sampah harus bagus,” pinta Mahayastra.

Kata Mahayastra,  di tingkat Kabupaten, pihaknya telah menandatangani MoU revitalisasi TPA Temesi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dengan basis teknologi terbarukan, nantinya TPA  tidak menjadi tempat pembuangan sampah.

“Melainkan tempat pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Revitalisasi TPA Temesi dalam kurun waktu lima tahun ke depan kami tuntaskan,” tegasnya.

Bupati menyarankan kepada para perbekel yang telah mengelola TPS3R agar melakukan managemen pengelolaan sampah dengan serius.

Apalagi, syarat menjadi desa wisata wajib punya TPS3R dan instalasi olah limbah cair. Sementara itu, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Wayan Kujus Pawitra menambahkan, pola semacam TPS3R ini dirancang juga untuk desa lainnya.

“Melalui kerjasama pemerintah Gianyar dengan Yayasan Bumi Sasmaya nantinya akan  dibangun sedikitnya 20 TPS3R,” terangnya.

Pada 2020 ini ada 6 desa diprioritaskan memiliki TPS3R. Diantaranya, Desa Taro, Bedulu, Pejeng, Sebatu, Tulikup, dan Medahan. 

GIANYAR – Desa Taro di Kecamatan Tegalalang menyulap sampah di desa mereka jadi pupuk organik.

Melalui Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), berton-ton sampah yang masuk ke TPS, kemudian diolah menjadi pupuk organik.

Pupuk selain dijual, juga untuk pengembangan desa menjadi agrowisata. Perbekel Taro I Wayan Warka menyatakan, pengolahan material sampah ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Taro.

Sampah dari rumah tangga masuk ke TPS3R. Kemudian dipilah. Selanjutnya, mesin mencacah sampah organik menjadi pupuk.

“Pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini dijual oleh Bumdes kepada petani setempat,” ujar Warka.

Kata Warka, sampah organik ini akan mendukung Pokdarwis Desa Taro. Pokdarwis sedang mengembangkan kebun organik.

Karena Desa Taro akan membangun agrowisata untuk mendukung pariwisata. Tentunya setelah Covid-19 berakhir. “Karena untuk agro, sehingga permintaan pupuk organik ini cukup tinggi,” ungkapnya.

Lanjut Warka, sisa sampah organik, atau residu hanya mencapai 10 persen. “Hanya 10 persen jadi residu. Tidak bisa diolah. Itu dikirim ke TPA Temesi,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Gianyar, Made Mahayastra berharap warga Desa Taro melaksanakan pengolahan sampah ini sebaik mungkin.

Itu karena Desa Taro menjadi desa wisata yang dikenal dengan keberadaan wisata lembu putih. “Desa wisata harus bersih. Maka pemilahan dan pengolahan sampah harus bagus,” pinta Mahayastra.

Kata Mahayastra,  di tingkat Kabupaten, pihaknya telah menandatangani MoU revitalisasi TPA Temesi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dengan basis teknologi terbarukan, nantinya TPA  tidak menjadi tempat pembuangan sampah.

“Melainkan tempat pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Revitalisasi TPA Temesi dalam kurun waktu lima tahun ke depan kami tuntaskan,” tegasnya.

Bupati menyarankan kepada para perbekel yang telah mengelola TPS3R agar melakukan managemen pengelolaan sampah dengan serius.

Apalagi, syarat menjadi desa wisata wajib punya TPS3R dan instalasi olah limbah cair. Sementara itu, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Wayan Kujus Pawitra menambahkan, pola semacam TPS3R ini dirancang juga untuk desa lainnya.

“Melalui kerjasama pemerintah Gianyar dengan Yayasan Bumi Sasmaya nantinya akan  dibangun sedikitnya 20 TPS3R,” terangnya.

Pada 2020 ini ada 6 desa diprioritaskan memiliki TPS3R. Diantaranya, Desa Taro, Bedulu, Pejeng, Sebatu, Tulikup, dan Medahan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/