SEMARAPURA – Siswa SD Negeri 3 Paksebali, Putu Agus Budiarta, 9, asal Banjar Bucu, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan hanya bisa berada di tempat tidurnya di ruang ICU RSUD Klungkung.
Perawatan medis harus dijalaninya setelah kaki kanannya diamputasi akibat peristiwa kecelakaan yang dialaminya di Jalan Raya Paksebali, Senin (8/10) lalu.
Meski kehilangan kaki kanannya, ia terlihat lebih tegar dibandingkan kedua orang tuanya yakni Wayan Sudiarta 38, dan Komang Mariani 30 yang suaranya terdengar bergetar layaknya orang akan menangis setiap diajak berbicara.
Sudiarta menuturkan, Budiarta memang kerap menggunakan sepeda gayung setiap bepergian. Pada saat peristiwa itu terjadi, Budiarta sebenarnya ingin menuju rumah kakeknya untuk meminta makan.
Belum sampai di rumah sang kakek, ia yang menggayuh sepedanya di atas trotoar tiba-tiba terpeleset hingga terjatuh ke badan jalan.
Saat terjatuh, truk yang sedang melintas pun tidak bisa menghentikan lajunya sehingga akhirnya melindas kaki kanan Budiarta.
“Waktu itu saya ada di Kintamani sedang mengantar barang. Saya bekerja sebagai sopir. Saya hanya diberi tahu kalau anak saya dibawa ke IGD.
Saat saya lihat kondisi anak saya, remuk rasanya dada saya. Sebelum kejadian ini, saya sempat merasakan firasat tidak baik,” ungkapnya.
Meski sangat terpukul, ia mengaku tetap berusaha tegar didepan anak sulungnya itu. Bahkan ia terus memberi motivasi agar Budiarta tidak berkecil hati dan terus menjalani hidupnya dengan baik.
“Melihat kondisi kakinya, anak saya biasa saja dan hanya diam saja. Sebelumnya juga sudah diberikan pengertian oleh dokternya kalau kakinya
tidak diamputasi bisa busuk dan merembet. Dia (Budiarta) juga tidak tahan dengan bau busuk kakinya,” kata ayah dari dua orang putra ini
Ia yang seorang sopir dengan istri yang bekerja sebagai pedagang canang, membuat kondisi ekonominya serba kekurangan.
Itu sebabnya ia mengaku sempat kebingungan untuk membelikan anaknya alat bantu berjalan.