29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:26 AM WIB

AJB Tembus 91 Persen, Kasus Demam Berdarah di Tabanan Naik Signifikan

TABANAN – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tabanan hingga bulan November tercatat 170 kasus. 

Dari jumlah ini, terbanyak terjadi di kecamatan Kediri. Capaian angka ini mengalami kenaikan siginifikan jika dibanding tahun 2018 lalu yang hanya 44 kasus.

Kepala Bidang Penanganan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Tabanan dr. Ketut Nariana mengatakan, kasus DBD dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi.

Untuk tahun 2017 tercatat 313 kasus, sedang di tahun 2018 turun drastis menjadi 44 kasus.

”Dibandingkan antara tahun 2018 ke tahun 2019, kasus DBD yang terjadi di Tabanan cukup signifikan, dari 44 kasus menjadi 170 hingga bulan November di tahun ini,” tutur dr Nariada.

Penurunan kasus di tahun 2018 terjadi hampir di seluruh daerah di Bali. Hal ini terjadi karena perubahan cuaca dan iklim yang berpengaruh dengan jumlah kasus DBD di Tabanan.

“Penyebabnya belum bisa dipastikan naik turunya kasus DBD itu. Tapi, salah satu faktornya karena iklim itu, kondisi ini juga terjadi di kabupaten lain di Bali,” imbunnya.

Meski terjadi peningkatan, angka bebas jentik (ABJ) di Tabanan untuk tahun ini hingga November mencapai 91,90 persen. 

Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2017 dengan capaian ABJ mencapai 86,7 persen dan tahun 2018 angka bebas jentiknya 91 persen. 

Nariana menjelaskan, angka bebas jentik didapatkan dari pemeriksaan jentik di rumah-rumah yang masuk dalam daerah terjadinya kasus DBD. 

Untuk tahun 2019 telah diperiksa 2.545 rumah. Dari jumlah ini hanya 249 rumah saja yang positif jentik sementara 2.396 rumah dinyatakan negatif.

Pola penanganan yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Tabanan untuk menekan terjadinya kasus DBD di Tabanan dengan melakukan upaya fogging, 

melakukan penyemprotan dengan alat Ultra Low Volume (ULV) untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti 

di pemukiman warga serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan mendaur ulang). 

“Bahkan sekarang ini sedang digalakkan gerakkan satu rumah satu jumantik. Dengan adanya satu jumantik di setiap rumah, keberadaan jentik akan lebih dini terdeteksi untuk mencegah kemunculan DBD ini,” terang Nariana.

TABANAN – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tabanan hingga bulan November tercatat 170 kasus. 

Dari jumlah ini, terbanyak terjadi di kecamatan Kediri. Capaian angka ini mengalami kenaikan siginifikan jika dibanding tahun 2018 lalu yang hanya 44 kasus.

Kepala Bidang Penanganan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Tabanan dr. Ketut Nariana mengatakan, kasus DBD dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi.

Untuk tahun 2017 tercatat 313 kasus, sedang di tahun 2018 turun drastis menjadi 44 kasus.

”Dibandingkan antara tahun 2018 ke tahun 2019, kasus DBD yang terjadi di Tabanan cukup signifikan, dari 44 kasus menjadi 170 hingga bulan November di tahun ini,” tutur dr Nariada.

Penurunan kasus di tahun 2018 terjadi hampir di seluruh daerah di Bali. Hal ini terjadi karena perubahan cuaca dan iklim yang berpengaruh dengan jumlah kasus DBD di Tabanan.

“Penyebabnya belum bisa dipastikan naik turunya kasus DBD itu. Tapi, salah satu faktornya karena iklim itu, kondisi ini juga terjadi di kabupaten lain di Bali,” imbunnya.

Meski terjadi peningkatan, angka bebas jentik (ABJ) di Tabanan untuk tahun ini hingga November mencapai 91,90 persen. 

Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2017 dengan capaian ABJ mencapai 86,7 persen dan tahun 2018 angka bebas jentiknya 91 persen. 

Nariana menjelaskan, angka bebas jentik didapatkan dari pemeriksaan jentik di rumah-rumah yang masuk dalam daerah terjadinya kasus DBD. 

Untuk tahun 2019 telah diperiksa 2.545 rumah. Dari jumlah ini hanya 249 rumah saja yang positif jentik sementara 2.396 rumah dinyatakan negatif.

Pola penanganan yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Tabanan untuk menekan terjadinya kasus DBD di Tabanan dengan melakukan upaya fogging, 

melakukan penyemprotan dengan alat Ultra Low Volume (ULV) untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti 

di pemukiman warga serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan mendaur ulang). 

“Bahkan sekarang ini sedang digalakkan gerakkan satu rumah satu jumantik. Dengan adanya satu jumantik di setiap rumah, keberadaan jentik akan lebih dini terdeteksi untuk mencegah kemunculan DBD ini,” terang Nariana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/