29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:20 AM WIB

Abrasi Kian Parah, Ini Titik Abrasi yang Perlu Diwaspadai di Buleleng

SINGARAJA – Cuaca ekstrem yang melanda kawasan Bali Utara dalam kurun waktu dua bulan terakhir berdampak serius terhadap kondisi infrastruktur di kawasan pesisir.

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng mencatat ada seribu meter krib penahan gelombang yang mengalami kerusakan karena disapu gelombang pasang.

Berdasar identifikasi Dinas PUTR Buleleng ada sejumlah titik yang mengalami kerusakan. Seperti di kawasan Pantai Lovina,

Pantai Desa Kalianget diKecamatan Seririt, Pantai Camplung di Kelurahan Banyuasri serta kawasan Kayubuntil di Kelurahan Kampung Anyar.

Kerusakan terparah disebut berada di kawasan Kampung Anyar. Karena gelombang pasang nyaris memutus badan jalan.

Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, kondisi gelombang pasang yang terjadi pada awal tahun ini memang terbilang ekstrem bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Adiptha menyebut ini dalam siklus lima tahun. Artinya gelombang ekstrem selalu datang tiap lima tahun, dan tahun ini merupakan puncaknya.

“Memang kondisi gelombangnya cukup parah tahun ini dan itu berdampak pada kondisi infrastruktur kita.

Tim teknis kami sudah turun dan menghitung kerusakan. Total kerusakan sekitar 1.000 meter. Salah satu titik terparah ada di Kampung Anyar,” kata Adiptha.

Menurutnya, Dinas PUTR kini tidak memiliki kewenangan dalam perbaikan tanggul penahan ombak. Hal itu masih dalam kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali Penida.

Ia mengaku Dinas PUTR sudah melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kawasan-kawasan yang membutuhkan perbaikan sangat mendesak. 

“Kalau perkiraan kami, itu kemungkinan menghabiskan dana Rp 20 miliar. Kami tidak dalam posisi memperbaiki tanggul yang rusak itu, karena tidak punya kewenangan.

Kami akan sampaikan ini pada BWS. Selama ini rekan-rekan BWS sangat responsif dan cepat dalam melakukan upaya penanggulangan,” kata Adiptha.

Di sisi lain ia juga mengingatkan agar masyarakat yang beraktivitas di kawasan sempadan pantai untuk meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya dalam kondisi gelombang ekstrem, hempasan air dapat mencapai 300 meter ke arah daratan.

“Makanya pernah terjadi banjir rob di Kampung Bugis dan ada kerusakan cukup parah di Pantai Penimbangan.

Memang idealnya di kawasan sempadan pantai tidak dilakukan aktivitas. Dalam kondisi cuaca ekstrem seperti ini, memang harus ekstra waspada,” demikian Adiptha. 

SINGARAJA – Cuaca ekstrem yang melanda kawasan Bali Utara dalam kurun waktu dua bulan terakhir berdampak serius terhadap kondisi infrastruktur di kawasan pesisir.

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng mencatat ada seribu meter krib penahan gelombang yang mengalami kerusakan karena disapu gelombang pasang.

Berdasar identifikasi Dinas PUTR Buleleng ada sejumlah titik yang mengalami kerusakan. Seperti di kawasan Pantai Lovina,

Pantai Desa Kalianget diKecamatan Seririt, Pantai Camplung di Kelurahan Banyuasri serta kawasan Kayubuntil di Kelurahan Kampung Anyar.

Kerusakan terparah disebut berada di kawasan Kampung Anyar. Karena gelombang pasang nyaris memutus badan jalan.

Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, kondisi gelombang pasang yang terjadi pada awal tahun ini memang terbilang ekstrem bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Adiptha menyebut ini dalam siklus lima tahun. Artinya gelombang ekstrem selalu datang tiap lima tahun, dan tahun ini merupakan puncaknya.

“Memang kondisi gelombangnya cukup parah tahun ini dan itu berdampak pada kondisi infrastruktur kita.

Tim teknis kami sudah turun dan menghitung kerusakan. Total kerusakan sekitar 1.000 meter. Salah satu titik terparah ada di Kampung Anyar,” kata Adiptha.

Menurutnya, Dinas PUTR kini tidak memiliki kewenangan dalam perbaikan tanggul penahan ombak. Hal itu masih dalam kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali Penida.

Ia mengaku Dinas PUTR sudah melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kawasan-kawasan yang membutuhkan perbaikan sangat mendesak. 

“Kalau perkiraan kami, itu kemungkinan menghabiskan dana Rp 20 miliar. Kami tidak dalam posisi memperbaiki tanggul yang rusak itu, karena tidak punya kewenangan.

Kami akan sampaikan ini pada BWS. Selama ini rekan-rekan BWS sangat responsif dan cepat dalam melakukan upaya penanggulangan,” kata Adiptha.

Di sisi lain ia juga mengingatkan agar masyarakat yang beraktivitas di kawasan sempadan pantai untuk meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya dalam kondisi gelombang ekstrem, hempasan air dapat mencapai 300 meter ke arah daratan.

“Makanya pernah terjadi banjir rob di Kampung Bugis dan ada kerusakan cukup parah di Pantai Penimbangan.

Memang idealnya di kawasan sempadan pantai tidak dilakukan aktivitas. Dalam kondisi cuaca ekstrem seperti ini, memang harus ekstra waspada,” demikian Adiptha. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/