27.4 C
Jakarta
13 September 2024, 11:08 AM WIB

Keren! 54 KK di Desa Bengkel Sudah Bisa Olah Sampah jadi Pupuk Kompos

TABANAN – Masalah sampah memang tiada habisnya dan dibutuhkan kesadaran dan keseriusan secara berkesinambungan untuk pengelolaannya. Pengelolaan dan pemilahan sampah patutnya dimulai dari skala rumah tangga. Sehingga sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya residu. Dampaknya akan mampu mengurangi jumlah volume sampah yang masuk ke TPA.

 

Pengelolaan berbasis skala rumah tangga atau rumah itulah yang kini dilakukan oleh Desa Bengkel, Kediri Tabanan. Sudah sebanyak 54 kepala keluarga (rumah tangga) berhasil mengolah sampah secara mandiri.

 

Menarik lagi sampah yang diolah bukan terfokus bagaimana mengolah menjadi tanah subur. Melainkan menjadi pupuk organik dan mengolah sampah menjadi maggot. Pengolahan sampah pun dilakukan sederhana dengan metode komposter.

 

Salah satu warga Banjar Dinas Bengkel Gede, Desa Bengkel I Ketut Widastra yang secara mandiri melakukan pengolahan sampah mengaku sudah setahun lebih dia melakukan pemilihan dan pengolahan sampah skala rumah tangga. Begitu dengan warga lainnya yang turut mengikuti jejaknya.

 

Dituturkan Widastra,  sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah warga baik berupa sampah plastik dan organik dia kumpulkan. Kemudian melakukan pemilihan. Sedangkan sampah organik diurai dengan cara komposter.

 

Komposter rumah tangga yang dibuat sangat sederhana. Untuk pengolahan sampah organik hanya memerlukan jaring kawat setinggi 2 meter dengan diameter 80 sentimeter. Kemudian komposter pengolahan limbah dapur hanya memerlukan ember sebesar tong sampah.

 

“Saya saat ini memiliki 6 komposter. Tiga komposer untuk pengolahan sampah organik, dan 3 komposter untuk pengolahan limbah dapur. Sementara sampah plastik yang dihasilkan diangkut ke bank sampah desa,” terangnya.

Cara kerja komposter sangat mudah dan sederhana. Untuk bisa menghasilkan pupuk organik, khusus sampah daun dikumpulkan saja didalam komposter kawat jaringan tersebut. Semakin lama sampah tersebut didiamkan akan terurai menjadi tanah subur. Selain itu akan menjadi pupuk yang dapat difungsikan untuk menanam tanaman.

 

Guna membantu mempercepat proses pembusukan, sampah yang terkumpul disemprotkan air molase. Air molase tersebut dibuat sendiri Ketut Widastra menggunakan bahan air cucian beras kemudian dicampur gula merah. Bahan ini kemudian difermentasi selama satu bulan.

 

 

“Sejak saya fokus mengelola sampah lewat komposter, saya tak perlu lagi membeli pupuk dan nyaris segala jenis tanaman mulai dari jeruk bali, sereh, terong, cabai dan tanaman sayuran lain yang saya tanam menggunakan pupuk yang dihasilkan dengan cara pengolahan komposter. Kalau pupuk 10 kilogram setiap minggu,” ungkapnya.

 

Di sisi lain begitu pula dengan limbah dapur yang difermentasikan lewat komposter dapat menghasilkan maggot. Caranya, limbah dapur tersebut dikumpulkan di dalam komposter yang terbuat dari ember. Limbah dapur tersebut akan membusuk kemudian dicari oleh lalat BSF. Lalat ini akan bertelur dan telur ini menjadi maggot.

 

Kini maggot yang dihasilkan Ketut Widastra mencapai 3 kilogram per minggu. Maggot ini dijadikan pakan ternak ayam peliharaan, sehingga dia tak perlu membeli pakan.

 

“Maggot ini adalah pakan ternak berkualitas. Hewan peliharaan bisa tumbuh gemuk serta mempercepat hewan peliharaan bertelur,” tegasnya.

 

Terpisah Perbekel Desa Bengkel I Nyoman Wahya Biantara mengatakan saat ini di Desa Bengkel sudah ada 54 KK yang memiliki komposter. Hanya saja penggunaanya belum maksimal. Komposter yang didapat diberikan desa karena memperoleh CSR. Namun ada pula yang membuat sendiri.

 

“Komposter yang lebih banyak diminati warga yang pengolahan limbah dapur karena menghasilkan maggot. Dan maggot ini diberikan ke ternak mereka,” ujarnya.

 

Ke depan masyarakat diharapkan lebih peduli lagi terhadap penanganan sampah. Sebab tahun ini desa sudah menganggarkan penanganan sampah. Nantinya setiap rumah tangga akan diberikan tempat memilah sampah. Pengolahan sampah yang organik, dan nonorganik diolah satu sumber di TPS 3R.

 

“Kita sudah rancang, bulan depan mulai kita distribusikan tempat memilah sampah. Kita lakukan terpusat karena sampah yang dikumpulkan di komposter banyak ulat banyak masyarakat takut makanya nanti kita akan olah terpusat,” pungkasnya.

 

TABANAN – Masalah sampah memang tiada habisnya dan dibutuhkan kesadaran dan keseriusan secara berkesinambungan untuk pengelolaannya. Pengelolaan dan pemilahan sampah patutnya dimulai dari skala rumah tangga. Sehingga sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya residu. Dampaknya akan mampu mengurangi jumlah volume sampah yang masuk ke TPA.

 

Pengelolaan berbasis skala rumah tangga atau rumah itulah yang kini dilakukan oleh Desa Bengkel, Kediri Tabanan. Sudah sebanyak 54 kepala keluarga (rumah tangga) berhasil mengolah sampah secara mandiri.

 

Menarik lagi sampah yang diolah bukan terfokus bagaimana mengolah menjadi tanah subur. Melainkan menjadi pupuk organik dan mengolah sampah menjadi maggot. Pengolahan sampah pun dilakukan sederhana dengan metode komposter.

 

Salah satu warga Banjar Dinas Bengkel Gede, Desa Bengkel I Ketut Widastra yang secara mandiri melakukan pengolahan sampah mengaku sudah setahun lebih dia melakukan pemilihan dan pengolahan sampah skala rumah tangga. Begitu dengan warga lainnya yang turut mengikuti jejaknya.

 

Dituturkan Widastra,  sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah warga baik berupa sampah plastik dan organik dia kumpulkan. Kemudian melakukan pemilihan. Sedangkan sampah organik diurai dengan cara komposter.

 

Komposter rumah tangga yang dibuat sangat sederhana. Untuk pengolahan sampah organik hanya memerlukan jaring kawat setinggi 2 meter dengan diameter 80 sentimeter. Kemudian komposter pengolahan limbah dapur hanya memerlukan ember sebesar tong sampah.

 

“Saya saat ini memiliki 6 komposter. Tiga komposer untuk pengolahan sampah organik, dan 3 komposter untuk pengolahan limbah dapur. Sementara sampah plastik yang dihasilkan diangkut ke bank sampah desa,” terangnya.

Cara kerja komposter sangat mudah dan sederhana. Untuk bisa menghasilkan pupuk organik, khusus sampah daun dikumpulkan saja didalam komposter kawat jaringan tersebut. Semakin lama sampah tersebut didiamkan akan terurai menjadi tanah subur. Selain itu akan menjadi pupuk yang dapat difungsikan untuk menanam tanaman.

 

Guna membantu mempercepat proses pembusukan, sampah yang terkumpul disemprotkan air molase. Air molase tersebut dibuat sendiri Ketut Widastra menggunakan bahan air cucian beras kemudian dicampur gula merah. Bahan ini kemudian difermentasi selama satu bulan.

 

 

“Sejak saya fokus mengelola sampah lewat komposter, saya tak perlu lagi membeli pupuk dan nyaris segala jenis tanaman mulai dari jeruk bali, sereh, terong, cabai dan tanaman sayuran lain yang saya tanam menggunakan pupuk yang dihasilkan dengan cara pengolahan komposter. Kalau pupuk 10 kilogram setiap minggu,” ungkapnya.

 

Di sisi lain begitu pula dengan limbah dapur yang difermentasikan lewat komposter dapat menghasilkan maggot. Caranya, limbah dapur tersebut dikumpulkan di dalam komposter yang terbuat dari ember. Limbah dapur tersebut akan membusuk kemudian dicari oleh lalat BSF. Lalat ini akan bertelur dan telur ini menjadi maggot.

 

Kini maggot yang dihasilkan Ketut Widastra mencapai 3 kilogram per minggu. Maggot ini dijadikan pakan ternak ayam peliharaan, sehingga dia tak perlu membeli pakan.

 

“Maggot ini adalah pakan ternak berkualitas. Hewan peliharaan bisa tumbuh gemuk serta mempercepat hewan peliharaan bertelur,” tegasnya.

 

Terpisah Perbekel Desa Bengkel I Nyoman Wahya Biantara mengatakan saat ini di Desa Bengkel sudah ada 54 KK yang memiliki komposter. Hanya saja penggunaanya belum maksimal. Komposter yang didapat diberikan desa karena memperoleh CSR. Namun ada pula yang membuat sendiri.

 

“Komposter yang lebih banyak diminati warga yang pengolahan limbah dapur karena menghasilkan maggot. Dan maggot ini diberikan ke ternak mereka,” ujarnya.

 

Ke depan masyarakat diharapkan lebih peduli lagi terhadap penanganan sampah. Sebab tahun ini desa sudah menganggarkan penanganan sampah. Nantinya setiap rumah tangga akan diberikan tempat memilah sampah. Pengolahan sampah yang organik, dan nonorganik diolah satu sumber di TPS 3R.

 

“Kita sudah rancang, bulan depan mulai kita distribusikan tempat memilah sampah. Kita lakukan terpusat karena sampah yang dikumpulkan di komposter banyak ulat banyak masyarakat takut makanya nanti kita akan olah terpusat,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/