SINGARAJA – Upaya pemerintah menangani air bersih di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, belum cukup.
Beberapa desa lain di Kecamatan Tejakula masih mengalami masalah serupa. Seperti di Desa Tembok dan Desa Sambirenteng.
Dua desa yang berada di ujung timur Kabupaten Buleleng itu, masih mengalami masalah krisis air bersih.
Tahun ini, pemerintah mengklaim akan melakukan upaya-upaya menuntaskan krisis air bersih di Desa Sambirenteng dan Desa Tembok.
Tiga desa lainnya, yakni Desa Sembiran, Desa Les, dan Desa Julah, akan menyusul kemudian.
Sejauh ini kebutuhan air bersih di dua desa itu masih sangat minim. Suplai air hanya dipenuhi melalui sumur bor dengan kapasitas 10 liter per detik.
Itu pun belum mencukupi, karena jumlah penduduk mencapai ribuan jiwa. Selain itu suplai air berish bergantung pada pompa listrik yang dipasang.
Parahnya, pada musim kemarau warga harus mengantre air. Bahkan warga harus mengesampingkan penghasilan keluarga, demi mendapatkan air bersih.
Sejumlah warga yang memiliki kebun, memilih membiarkan lahan mereka terbengkalai, ketimbang tak mendapat air bersih.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng Ketut Suparta Wijaya mengatakan, tahun ini pemerintah akan membangun satu unit sumur bor dengan sumber dana dari APBD Buleleng Tahun 2018.
Sumur ini akan menghasilkan air dengan debit 10 liter per detik. Sumur itu diklaim bisa memenuhi kebutuhan untuk 800 kepala keluarga.
Pemerintah sendiri sudah menyusun detail engineering design (DED). Sayangnya dalam proses pembangunan, proyek ini sudah dua kali gagal lelang.
“Sudah dua kali gagal lelang. Tahun ini dokumen lelangnya akan kami sempurnakan, sehingga sumur bor ini bisa dibangun. Jadi masalah air bersih di Sambirenteng bisa terjawab,” kata Suparta.
Setelah mempersiapkan sumur bor di Sambirenteng, PUPR memprogramkan pembangunan sumur bor di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula.
Dari perencanaan awal, sumor bor ini akan memanfaatkan daya listrik dari pembangunan PLTS.