AMLAPURA – Belasan perusahaan angkutan kapal yang beroperasi di Pelabuhan Padangbai, Manggis, Karangasem memilih pindah lintasan.
Kondisi ini dipicu penyusutan penumpang yang terus dialami perusahaan kapal sejak beberapa bula terakhir, hingga megakibatkan kerugian yang cukup besar.
Perusahaan yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) di Padangbai khawatir ketika kondisi ini terus berlanjut,
bisa berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga bangkrut akibat tidak mampu menutupi biaya operasional.
Ketua DPC Gapasdap di Padangbai Anang Heru mengungkapkan, beban operasional untuk satu kapal berbeda, namun rata-rata bisa menghabiskan hingga Rp 500 juta.
Anggaran tersebut, lanjut dia, belum termasuk biaya peremajaan kapal setiap tahun. Salah satunnya docking yang menelan biaya hingga ratusan juta untuk bisa memperoleh Surat Kelayakan Kapal (SKK) sebagai persyaratan operasional.
“Dengan kondisi penumpang menurun ini sanga berat. Pendapatan kami hanya 30 persen dari kondisi normal. Dulu bisa Rp 1 miliar. Sekarang jauh dari itu,” ujar Anang Heru.
Meski dihadapkan pada situasi sulit, sejumlah perusahaan kapal penyebrangan di Padangbai belum sampai melakukan PHK.
Untuk menyiasati agar kerugian tidak terus membengkak, sejumlah perusahaan kapal terpaksa memindahkan lintasan untuk tetap bisa beroperasi.
“Sudah ada 12 kapal dari 11 perusahaan pelayaran yang pindah lintasan,” sebutnya. Menurut Anang, ada beberapa pemicu terjadinya penurunan penumpang kapal ini.
Selain faktor covid-19, dibukanya penyeberangan lintasan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Lembar, Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat (NTB) juga sangat berpengaruh dan mengakibatkan penurunan penumpang yang menggunakan jasa penyeberangan dari Padangbai menuju Lembar, NTB.
“Kendaraan lintas provinsi yang hendak menuju Nusa Tenggara tidak lagi melewati Bali melalui pelabuhan Padangbai. Mereka memilih langsung menggunakan kapal dari Ketapang menuju Lembar,” terangnya.
Empat kapal berpindah pada akhir Desember 2020 lalu lantaran dibukanya lintasan baru Ketapang-Lembar ini.
Selanjutnya, delapan kapal menyusul pindah lintasan akibat dibukanya rute Tanah Ampo – Gilimas (Lombok).
Pihaknya pun sangat menyayangkan pembukaan rute Tanah Ampo-Gilimas ini membuat kondisi semakin sulit.
“Saat ini hanya tersisa 27 kapal yang beroperasi di Padangbai. Yang di Tanah Ampo ini kan sangat berdekatan denga Padangbai,” pungkasnya.