34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 14:55 PM WIB

Pocol! Pasar Relokasi dari Pasar Sukawati Sepi dari Pagi hingga Sore

GIANYAR  – Padagang Pasar Umum Sukawati direlokasi ke lahan adat di Banjar Gelumpang, Kecamatan Sukawati pocol (rugi). Dari ratusan lapak, banyak yang tutup. Pedagang meninggalkan relokasi karena sepi pembeli.

 

 

Seperti diungkapkan pedagang jajan, Ni Ketut Tirta, warga Banjar Palak. “Di sini sepi. Karena jarak jauh dari pasar lama,” ujar Tirta, sambil mejejaitan, Selasa (20/4).

 

Menurut Tirta, pagi, siang hingga sore, tak banyak pembeli yang datang. “Mungkin ngekoh (malas) orang ke sini karena jauh,” keluhnya.

 

 

Suasana itu, kata Tirta jauh berbeda saat awal pedagang direlokasi. “Dulu baru pindah ramai. Semuanya buka di sini, tapi ketika gak ada pembeli, satu persatu pindah pedagangnya. Ini semuanya ditutup,” jelasnya.

 

 

Tirta sendiri memilih bertahan karena menghargai pemerintah yang merelokasi. “Di sini diabsen. Pedagang dicatat, harus jualan di sini. Lagi sebentar, siang, ada yang absen,” terangnya.

 

Kata dia, absen diberlakukan supaya pedagang mau membuka lapak dagangan. “Kalau tidak buka, katanya gak dapat tempat di gedung yang baru,” ungkapnya.

 

 

Lanjut Tirta, selama berada di pasar relokasi, tidak dikenakan iuran sama sekali. “Kalau di pasar lama hak guna pakai. Kena iuran sampah. Pas odalan kena Punia, itu sudah biasa,” jelasnya.

 

 

Dia berharap, pembangunan pasar umum segera rampung, supaya pedagang bisa segera pindah. Hal senada diungkapkan pedagang sandal asal Desa Petak, Kecamatan Gianyar.

 

“Gak ada yang ke sini. Sepi sekali. Penjualan turun 99 persen,” ujarnya.

Dia pun baru buka lapak pukul 11.00. “Karena sepi, saya buka agak siang. Pagi tadi ada urusan,” ungkapnya.

 

 

Suasana berbeda memang dialami olehnya. “Kalau di tempat lama memang ada saja yang beli. Pembeli ramai. Sekarang turun,” ungkapnya.

 

 

Masih serupa dialami pedagang bumbu, UD Sedana. “Karena sepi pembeli, penghasilan teman-teman turun. Dulu biasa dapat sejuta sehari sekarang seratus kan bingung mereka,” ungkapnya.

 

 

Terkait situasi sepi, pedagang yang enggan disebut identitasnya itu bersikap bijak. “Mungkin situasinya memang semua lagi sepi. Mau gimana lagi?,” jelasnya.

Dia beruntung karena masih ada pelanggan yang setia mendatanginya. “Prinsip saya, kalau rezeki tidak akan kemana,” terangnya.

 

 

Namun, dia menyayangkan, pedagang banyak yang meninggalkan pasar relokasi. “Di sini dilinggihkan Batara Melanting. Kok ditinggalkan Batara kita baru jualan sepi. Kok ditinggal,” pungkasnya. 

 

 

Untuk diketahui, pasar umum Sukawati di Banjar Dlodtangluk, Kecamatan Sukawati direvitalisasi. Pedagang yang tadinya jualan direlokasi ke Banjar Gelumpang. Lahan relokasi saat ini milik desa adat Sukawati. Selama direlokasi, pedagang digratiskan dari biaya sewa selama setahun.

 

GIANYAR  – Padagang Pasar Umum Sukawati direlokasi ke lahan adat di Banjar Gelumpang, Kecamatan Sukawati pocol (rugi). Dari ratusan lapak, banyak yang tutup. Pedagang meninggalkan relokasi karena sepi pembeli.

 

 

Seperti diungkapkan pedagang jajan, Ni Ketut Tirta, warga Banjar Palak. “Di sini sepi. Karena jarak jauh dari pasar lama,” ujar Tirta, sambil mejejaitan, Selasa (20/4).

 

Menurut Tirta, pagi, siang hingga sore, tak banyak pembeli yang datang. “Mungkin ngekoh (malas) orang ke sini karena jauh,” keluhnya.

 

 

Suasana itu, kata Tirta jauh berbeda saat awal pedagang direlokasi. “Dulu baru pindah ramai. Semuanya buka di sini, tapi ketika gak ada pembeli, satu persatu pindah pedagangnya. Ini semuanya ditutup,” jelasnya.

 

 

Tirta sendiri memilih bertahan karena menghargai pemerintah yang merelokasi. “Di sini diabsen. Pedagang dicatat, harus jualan di sini. Lagi sebentar, siang, ada yang absen,” terangnya.

 

Kata dia, absen diberlakukan supaya pedagang mau membuka lapak dagangan. “Kalau tidak buka, katanya gak dapat tempat di gedung yang baru,” ungkapnya.

 

 

Lanjut Tirta, selama berada di pasar relokasi, tidak dikenakan iuran sama sekali. “Kalau di pasar lama hak guna pakai. Kena iuran sampah. Pas odalan kena Punia, itu sudah biasa,” jelasnya.

 

 

Dia berharap, pembangunan pasar umum segera rampung, supaya pedagang bisa segera pindah. Hal senada diungkapkan pedagang sandal asal Desa Petak, Kecamatan Gianyar.

 

“Gak ada yang ke sini. Sepi sekali. Penjualan turun 99 persen,” ujarnya.

Dia pun baru buka lapak pukul 11.00. “Karena sepi, saya buka agak siang. Pagi tadi ada urusan,” ungkapnya.

 

 

Suasana berbeda memang dialami olehnya. “Kalau di tempat lama memang ada saja yang beli. Pembeli ramai. Sekarang turun,” ungkapnya.

 

 

Masih serupa dialami pedagang bumbu, UD Sedana. “Karena sepi pembeli, penghasilan teman-teman turun. Dulu biasa dapat sejuta sehari sekarang seratus kan bingung mereka,” ungkapnya.

 

 

Terkait situasi sepi, pedagang yang enggan disebut identitasnya itu bersikap bijak. “Mungkin situasinya memang semua lagi sepi. Mau gimana lagi?,” jelasnya.

Dia beruntung karena masih ada pelanggan yang setia mendatanginya. “Prinsip saya, kalau rezeki tidak akan kemana,” terangnya.

 

 

Namun, dia menyayangkan, pedagang banyak yang meninggalkan pasar relokasi. “Di sini dilinggihkan Batara Melanting. Kok ditinggalkan Batara kita baru jualan sepi. Kok ditinggal,” pungkasnya. 

 

 

Untuk diketahui, pasar umum Sukawati di Banjar Dlodtangluk, Kecamatan Sukawati direvitalisasi. Pedagang yang tadinya jualan direlokasi ke Banjar Gelumpang. Lahan relokasi saat ini milik desa adat Sukawati. Selama direlokasi, pedagang digratiskan dari biaya sewa selama setahun.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/