RadarBali.com – Setelah longsor terjadi di Desa Manistutu, Melaya dan Pergung, Mendoyo, kini giliran longsor terjadi di Desa Penyaringan, Mendoyo.
Longsor yang terjadi di Desa Penyaringan merupakan yang terbanyak di Jembrana. Sedikitnya ada sepuluh titik yang mengalami longsor di wilayah itu.
Dari sepuluh titik longsor yang terjadi di Desa Penyaringan, 6 titik longsor menimbun badan jalan dan 4 titik longsor lainnya menggerus areal perumahan warga.
Longsor yang paling parah terjadi di Banjar Pangkung Kwa. Akibat longsor tersebut jalan yang menjadi satu-satunya akses warga terputus, karena tertimbun longsoran sehingga sekitar 30 KK warga terisolasi.
Untuk sementara mereka harus memutar dengan jarak sekitar tujuh kilometer untuk keluar guna beraktivitas atau membeli bahan keperluan sehari-hari.
“Karena jalan tertutup longsoran, maka sekitar tiga puluh KK saat ini terisolasi. Untuk keluar harus memutar melalui jalan menuju bangsal yang cukup jauh,” ujar Putu Widya Wirawan, warga banjar Pangkung Kwa kemarin (19/10).
Sementara longsor yang cukup parah menimpa rumah warga, yakni di rumah milik I Nyoman Witarma.
Akibat senderan di sebelah pekarangannya longsor, bangunan dapur dan kamar mandi miliknya ikut tergerus. Bahkan, rumah miliknya juga hampir tergerus.
“Longsor itu terjadi karena hujan lebat dan lama, sehingga membuat senderan runtuh,” ujar Kelian Dinas Banjar Pangkung Kwa I Wayan Kardiana.
Menurutnya, di wilayah penyaringan memang ada sekitar sepuluh titik. Namun yang cukup parah hanya dua titik yang menutup akses jalan dan menggerus dapur dan kamar mandi milik Witarma.
“Longsor yang kecil-kecil bisa ditangani warga dengan gotong royong,” ujarnya. Untuk mengatasi longsor yang menimbun jalan, Pemkab Jembrana membantu warga dengan alat berat.
“Untuk membersihkan longsoran itu, kami sudah bantu dengan alat berat dan sudah bisa diatasi,” ujar Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana.
Menurut Eko, Jembrana memang rawan longsor dan yang terparah terjadi di desa Manistutu. “Untuk membersihkannya, dari siang sampai tengah malam baru selesai,” ujarnya.
Dengan masih tingginya intensitas hujan di Jembrana, Eko meminta warga di daerah rawan bencana selalu siaga dan waspada terhadap kemungkinan bencana yang setiap saat bisa saja terjadi