28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:48 AM WIB

Lahan Pertanian Mengering, Petani Klungkung Terancam Gagal Panen

SEMARAPURA-Kekeringan akibat dampak musim kemarau mulai terjadi di sejumlah wilayah di Bali.

Akibat musim kemarau, sejumlah lahan pertanian mulai mengalami kekeringan.

Seperti yang terjadi di wilayah kabupaten Klungkung. Akibat menurunnya debit air, sejumlah lhan pertanian milik petani mengalami kering. Bahkan para petani terancam gagal panen karena tanaman pertanian milik mereka kering.

Kepala Dins Pertanian Kabupaten Klungkung, Ida Bagus Juanida, Sabtu (20/10) mengungkapkan, debit air saluran irigasi di Kabupaten Klungkung mengalami penurunan sejak beberapa minggu terakhir.

Untuk itu para kelian subak di Kabupaten Klungkung berupaya untuk mengatur pembagian air dengan baik.

Hanya saja masih ada lahan pertanian padi yang mengalami kekurangan air dan terancam gagal panen akibat kondisi ini.

Untungnya, lahan pertanian padi yang mengalami kekeringan tidak terlalu luas.

“Itu berada di subak wilayah Desa Kusamba.

Kami dengar dampaknya tidak terlalu luas.

Kondisi tanah di sana memang agak berpasir sehingga membutuhkan air yang lebih banyak. Infonya baru di sana saja, yang di subak lain belum,” katanya.

Meski telah menimbulkan dampak, menurutnya pengaruh musim kemarau ini terhadap kegiatan pertanian di Klungkung tidak terlalu besar. Dan pihaknya pun berharap musim hujan segera terjadi di bulan November sehingga debit air irigasi bisa kembali normal.

“Musim kemarau saat ini masih terbilang wajar. Sebenarnya di Oktober seharusnya sudah mulai hujan. Tetapi mungkin mundur. Kami berharap di bulan November ini sudah mulai hujan,” ujarnya.

Selain itu, untuk mengantisipasi kerugian di tingkat petani,  pihaknya juga menghimbau agar para petani mau mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

Menurutnya hingga saat ini masih ada petani yang enggan mendaftarkan lahan pertanian padinya untuk dilindungi AUTP. Biasanya, petani yang enggan mendaftar ini adalah petani-petani yang lahan pertaniannya tidak pernah gagal panen.

“Tapi musibah kan tidak ada yang tahu. Contohnya seperti saat ini, kondisi debit air menurun. Bayarnya hanya Rp 36 ribu per hektare dengan klaim sebesar Rp 6 juta per hektare.

Setidaknya kalau gagal panen, modal tanamnya itu kembali. Kami harapkan para petani menyadari itu,” tandasnya.

SEMARAPURA-Kekeringan akibat dampak musim kemarau mulai terjadi di sejumlah wilayah di Bali.

Akibat musim kemarau, sejumlah lahan pertanian mulai mengalami kekeringan.

Seperti yang terjadi di wilayah kabupaten Klungkung. Akibat menurunnya debit air, sejumlah lhan pertanian milik petani mengalami kering. Bahkan para petani terancam gagal panen karena tanaman pertanian milik mereka kering.

Kepala Dins Pertanian Kabupaten Klungkung, Ida Bagus Juanida, Sabtu (20/10) mengungkapkan, debit air saluran irigasi di Kabupaten Klungkung mengalami penurunan sejak beberapa minggu terakhir.

Untuk itu para kelian subak di Kabupaten Klungkung berupaya untuk mengatur pembagian air dengan baik.

Hanya saja masih ada lahan pertanian padi yang mengalami kekurangan air dan terancam gagal panen akibat kondisi ini.

Untungnya, lahan pertanian padi yang mengalami kekeringan tidak terlalu luas.

“Itu berada di subak wilayah Desa Kusamba.

Kami dengar dampaknya tidak terlalu luas.

Kondisi tanah di sana memang agak berpasir sehingga membutuhkan air yang lebih banyak. Infonya baru di sana saja, yang di subak lain belum,” katanya.

Meski telah menimbulkan dampak, menurutnya pengaruh musim kemarau ini terhadap kegiatan pertanian di Klungkung tidak terlalu besar. Dan pihaknya pun berharap musim hujan segera terjadi di bulan November sehingga debit air irigasi bisa kembali normal.

“Musim kemarau saat ini masih terbilang wajar. Sebenarnya di Oktober seharusnya sudah mulai hujan. Tetapi mungkin mundur. Kami berharap di bulan November ini sudah mulai hujan,” ujarnya.

Selain itu, untuk mengantisipasi kerugian di tingkat petani,  pihaknya juga menghimbau agar para petani mau mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

Menurutnya hingga saat ini masih ada petani yang enggan mendaftarkan lahan pertanian padinya untuk dilindungi AUTP. Biasanya, petani yang enggan mendaftar ini adalah petani-petani yang lahan pertaniannya tidak pernah gagal panen.

“Tapi musibah kan tidak ada yang tahu. Contohnya seperti saat ini, kondisi debit air menurun. Bayarnya hanya Rp 36 ribu per hektare dengan klaim sebesar Rp 6 juta per hektare.

Setidaknya kalau gagal panen, modal tanamnya itu kembali. Kami harapkan para petani menyadari itu,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/