28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:31 AM WIB

5 Bulan 8 Penyu Mati, Ini Analisis Kelompok Penyu Kurma Asih Perancak

NEGARA – Kematian penyu dari tahun ketahun semakin tinggi. Namun, hanya sebagian kecil yang bisa terungkap penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

Kematian penyu yang terungkap disebabkan oleh sampah plastik, sisanya masih belum terungkap sampai kini.

Namun, sejumlah pihak menyimpulkan karena habitat penyu yang tercemar limbah, terutama sampah plastik karena kematian penyu dinilai tidak wajar.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, selama lima bulan tahun 2020 ini sudah ada delapan ekor penyu ditemukan mati terdampar di pantai.

Bahkan, pada bulan Januari lalu ditemukan penyu mati terlilit sampah jaring di pantai Rambut Siwi, Desa Yehembang.

Jumlah tersebut berdasar data dari Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih, Desa Perancak. “Jumlah itu yang terdata saja. Mungkin masih banyak yang belum terdata,” kata Wayan Anom Astika Jaya, Ketua Pelestari Penyu Desa Perancak.

Tahun sebelumnya, 2019 lalu sebanyak 20 ekor penyu dewasa ditemukan mati terdampar di pantai. Jumlah tersebut yang terdata dan dilakukan penguburan bangkai penyu.

Bahkan pada tahun 2018 lalu, satu ekor penyu yang berhasil dibedah atau di nekropsi. Hasilnya, penyu yang mati di pesisir Jembrana diduga karena makan sampah plastik, karena ditemukan potongan plastik dalam saluran tenggorokan penyu.

Dengan meningkatnya kematian penyu ini harus ada langkah konkrit dari pihak-pihak terkait untuk melakukan kajian dan penelitian.

Terutama untuk mengetahui penyebab kematian agar ada solusi menekan tingginya kematian penyu di Jembrana.

Misalnya jika dari hasil pembedahan ditemukan plastik bisa dijadikan dasar kesimpulan bahwa penyebab kematian penyu ulah manusia yang membuang sampah sembarangan.

“Jadi harus ada yang mencari tahu akar permasalahannya dulu,” ungkapnya. Selama ini selain penyu yang berhasil dibedah dan ditemukan sampah plastik di dalam saluran pencernaannya, penyebab lain sebagian besar masih misterius.

Karena kelompok pelestari penyu hanya bisa mengidentifikasi bagian luar saja. Namun bisa disimpulkan kematian penyu disebabkan karena pencemaran lingkungan oleh sampah plastik.

“Karena di Bali tidak ada penambangan seperti daerah lain, jadi bisa disimpulkan karena sampah plastik,” terangnya,

Menurutnya, sampah plastik yang dibuang ke sungai hingga sampai ke laut menjadi ancaman serius bagi kehidupan biota laut.

Karena sampah plastik akan menurunkan kualitas lingkungan. Tidak hanya biota laut, manusia juga terancam karena lingkungan kualitasnya menurun.

Karena itu, penanganan sampah perlu ada terobosan baru paling tidak mengurangi sampah plastik yang terbuang ke laut.

Mengenai penyu mat dengan kondisi kerapas terbelah, berdasarkan informasi dari tim ahli karena ada efek gas yang terbentuk karena ada pembusukan dalam tubuh penyu. S

elain gas, yang panas dan panasnya terik mata hari menyebabkan kerapas pecah. “Bukan karena benturan keras. Namun demikian, kematian penyu masih belum dipastikan, perlu dilakukan penelitian mendalam,” terangnya. 

NEGARA – Kematian penyu dari tahun ketahun semakin tinggi. Namun, hanya sebagian kecil yang bisa terungkap penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

Kematian penyu yang terungkap disebabkan oleh sampah plastik, sisanya masih belum terungkap sampai kini.

Namun, sejumlah pihak menyimpulkan karena habitat penyu yang tercemar limbah, terutama sampah plastik karena kematian penyu dinilai tidak wajar.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, selama lima bulan tahun 2020 ini sudah ada delapan ekor penyu ditemukan mati terdampar di pantai.

Bahkan, pada bulan Januari lalu ditemukan penyu mati terlilit sampah jaring di pantai Rambut Siwi, Desa Yehembang.

Jumlah tersebut berdasar data dari Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih, Desa Perancak. “Jumlah itu yang terdata saja. Mungkin masih banyak yang belum terdata,” kata Wayan Anom Astika Jaya, Ketua Pelestari Penyu Desa Perancak.

Tahun sebelumnya, 2019 lalu sebanyak 20 ekor penyu dewasa ditemukan mati terdampar di pantai. Jumlah tersebut yang terdata dan dilakukan penguburan bangkai penyu.

Bahkan pada tahun 2018 lalu, satu ekor penyu yang berhasil dibedah atau di nekropsi. Hasilnya, penyu yang mati di pesisir Jembrana diduga karena makan sampah plastik, karena ditemukan potongan plastik dalam saluran tenggorokan penyu.

Dengan meningkatnya kematian penyu ini harus ada langkah konkrit dari pihak-pihak terkait untuk melakukan kajian dan penelitian.

Terutama untuk mengetahui penyebab kematian agar ada solusi menekan tingginya kematian penyu di Jembrana.

Misalnya jika dari hasil pembedahan ditemukan plastik bisa dijadikan dasar kesimpulan bahwa penyebab kematian penyu ulah manusia yang membuang sampah sembarangan.

“Jadi harus ada yang mencari tahu akar permasalahannya dulu,” ungkapnya. Selama ini selain penyu yang berhasil dibedah dan ditemukan sampah plastik di dalam saluran pencernaannya, penyebab lain sebagian besar masih misterius.

Karena kelompok pelestari penyu hanya bisa mengidentifikasi bagian luar saja. Namun bisa disimpulkan kematian penyu disebabkan karena pencemaran lingkungan oleh sampah plastik.

“Karena di Bali tidak ada penambangan seperti daerah lain, jadi bisa disimpulkan karena sampah plastik,” terangnya,

Menurutnya, sampah plastik yang dibuang ke sungai hingga sampai ke laut menjadi ancaman serius bagi kehidupan biota laut.

Karena sampah plastik akan menurunkan kualitas lingkungan. Tidak hanya biota laut, manusia juga terancam karena lingkungan kualitasnya menurun.

Karena itu, penanganan sampah perlu ada terobosan baru paling tidak mengurangi sampah plastik yang terbuang ke laut.

Mengenai penyu mat dengan kondisi kerapas terbelah, berdasarkan informasi dari tim ahli karena ada efek gas yang terbentuk karena ada pembusukan dalam tubuh penyu. S

elain gas, yang panas dan panasnya terik mata hari menyebabkan kerapas pecah. “Bukan karena benturan keras. Namun demikian, kematian penyu masih belum dipastikan, perlu dilakukan penelitian mendalam,” terangnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/