27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:48 AM WIB

Pengungsi Gempa Lombok Kehabisan Bekal, Ini Respons Warga Pengambengan

NEGARA – Satu per satu korban gempa mengungsi mencari tempat lebih aman. Salah satunya adalah Chairul Umar, 25.

Warga dari pulau Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, korban gempa itu mengajak istri dan kedua anaknya mengungsi ke rumah saudaranya di banjar Ketapang, Pengembengan, Negara.

Mereka mengungsi ke Jembrana sejak Jumat (17/8) lalu. “Saya memutuskan ke sini (Pengembengan, red) karena mencari tempat yang jauh lebih aman. Apalagi anak saya masih trauma akibat gempa,” ujar Umar.

Namun, pergi meninggalkan rumah tanpa membawa bekal apapun membawa kesedihan bagi Umar dan istrinya.

Saat ini bekal mereka sudah habis. Untuk sekadar beli minyak telon dan pampers untuk anaknya yang bayi, mereka kesulitan.

Saat ini Umar ikut membantu saudaranya mendorong sampan nelayan yang berangkat dan pulang melaut. “Kami masih trauma,” kata Suyanti, istri Umar.

Kesulitan yang dihadapi Umar dan keluarganya, mengundang simpati warga Pengambengan. Mereka berdatangan untuk memberi bantuan terutama kebutuhan anak mereka yang masih bayi.

“Kami di desa secara spontan mengumpulkan uang dan diserahkan kepada mereka,” ungkap Rofiq, salah seorang aparat Desa Pengembengan yang menengok keluarga Umar.

Sedangkan anak Umar, Dewi Sekar Ayu yang masih duduk kelas V SD, diberi tempat untuk melanjutkan pendidikannya oleh SD Negeri 2 Pengambengan dan MI Darussalam Pengambengan.

Sekolah mana yang akan dipih diserahkan sepenuhnya kepada Dewi. Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana Ketut Eko Susilo Permana mengatakan

pengungsi dari Lombok yang berada di Pengembengan sudah dikoordinasi dengan aparat desa agar dilakukan pendataan.

“Pendataan itu kami jadikan dasar untuk memberikan bantuan kepada pengungsi yang datang ke Jembrana,” ujarnya

NEGARA – Satu per satu korban gempa mengungsi mencari tempat lebih aman. Salah satunya adalah Chairul Umar, 25.

Warga dari pulau Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, korban gempa itu mengajak istri dan kedua anaknya mengungsi ke rumah saudaranya di banjar Ketapang, Pengembengan, Negara.

Mereka mengungsi ke Jembrana sejak Jumat (17/8) lalu. “Saya memutuskan ke sini (Pengembengan, red) karena mencari tempat yang jauh lebih aman. Apalagi anak saya masih trauma akibat gempa,” ujar Umar.

Namun, pergi meninggalkan rumah tanpa membawa bekal apapun membawa kesedihan bagi Umar dan istrinya.

Saat ini bekal mereka sudah habis. Untuk sekadar beli minyak telon dan pampers untuk anaknya yang bayi, mereka kesulitan.

Saat ini Umar ikut membantu saudaranya mendorong sampan nelayan yang berangkat dan pulang melaut. “Kami masih trauma,” kata Suyanti, istri Umar.

Kesulitan yang dihadapi Umar dan keluarganya, mengundang simpati warga Pengambengan. Mereka berdatangan untuk memberi bantuan terutama kebutuhan anak mereka yang masih bayi.

“Kami di desa secara spontan mengumpulkan uang dan diserahkan kepada mereka,” ungkap Rofiq, salah seorang aparat Desa Pengembengan yang menengok keluarga Umar.

Sedangkan anak Umar, Dewi Sekar Ayu yang masih duduk kelas V SD, diberi tempat untuk melanjutkan pendidikannya oleh SD Negeri 2 Pengambengan dan MI Darussalam Pengambengan.

Sekolah mana yang akan dipih diserahkan sepenuhnya kepada Dewi. Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana Ketut Eko Susilo Permana mengatakan

pengungsi dari Lombok yang berada di Pengembengan sudah dikoordinasi dengan aparat desa agar dilakukan pendataan.

“Pendataan itu kami jadikan dasar untuk memberikan bantuan kepada pengungsi yang datang ke Jembrana,” ujarnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/