25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:41 AM WIB

Tinggal Kirim SMS, Warga Tak Perlu Repot Naik ke Bale

Hampir setiap balai banjar di Bali memiliki bale kulkul, atau bale tempat meletakkan kentongan.

 

Bale itu biasanya dibangun tinggi dan dipukul apabila ada urusan kemasyarakatan.

 

Kini, ada robot canggih  pemukul kentongan hibahan anak STIKI Bali. Seperti apa?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

 

BALE Kulkul setinggi kurang lebih 7 meter milik warga Banjar Perumahan Puri Candra Asri di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, berdiri dekat Jalan By Pass IB Mantra.

 

Lokasi perumahan dengan 330 KK tersebut tak jauh dari pantai Lembeng.

 

Berdiri sejak tahun 1983, perubahan tersebut resmi menyandang nama Banjar Puri Candra Asri pada 1986 silam.

 

Mengambil momentum Agustusan, warga banjar itu mendapat hibah alat otomatis dari kampus STIKI (Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia) Bali yang diresmikan pada Minggu lalu (19/8).

 

Tampak ada alat berupa besi menggantung di ujung bale kulkul. Alat itu juga memegang pemukul.

 

Ketika diminta, maka kulkul di bale itu bisa berbunyi otomatis.

 

Menurut Kelian Banjar Puri Candra Asri, Made Aswin Sugihartana, warganya mendapat robot pembunyi kulkul bernama Cultim 1.0.

 

Meski termasuk banjar non definitif, Puri Candra Asri memiliki sistem adat istiadat layaknya banjar adat lain.

 

Termasuk salah satunya Bale Kukul, yang berfungsi sebagai sarana komunikasi tradisional.

 

“Kalau biasanya ada warga yang naik membunyikan (memukul, red), kini peran itu digantikan oleh sistem elektronik robotik,” jelasnya, Senin (20/8).

 

Menurut Made Aswin sangat terbantu dengan Cultim 1.0 ini.

 

Seiring perkembangan zaman, kata dia, manusia tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Terlebih teknologi bisa diaplikasikan untuk budaya Bali.

 

“Tentu sangat terbantu. Misalnya dalam situasi darurat, meskipun saya sedang ada di luar banjar bisa dengan segera mengirim pesan ke robot untuk membunyikan kulkul bulus (suara pukulan berulang kali tanda bahaya, red),” jelasnya.

 

Disamping itu, misalnya ketika ada gempa terjadi.

 

Rasanya tidak mungkin ada warga yang berani naik untuk memukul suara kulkul bulus tanda bahaya.

 

“Maka tinggal mengirimkan pesan ke alat itu, sehingga berbunyi otomatis,” jelasnya.

 

Made Aswin menjelaskan cara kerja robot itu. Robot tersebut punya nomor semacam nomor kartu SIM.

 

Selanjutnya, di alat itu sudah tersimpan nomor kelian. Jadi ketika kelian ingin mengaktifkan robot, tinggal mengirimkan pesan singkat (SMS) ke robot.

 

“Sebelum kirim SMS, ada kode untuk membunyikan mau suara bagaimana,” jelasnya.

 

Untuk suara kulkul biasa, ada kode 01. Ketika kulkul berbunyi, artinya mengumpulkan warga untuk paruman atau rapat.

 

Selanjutnya, kode 02 untuk suara kulkul kematian, dan kode 03 untuk situasi darurat.

 

“Sudah diujicoba dan berhasil,” jelasnya.

 

Selain Kelihan Adat dan Kelian Dusun, sebetulnya nomor seluruh warga bisa terprogram untuk bisa mengirim perintah pada robot.

 

Hanya saja, untuk menghindari penyalahgunaan hanya diprogram nomor handphone kedua kelihan. Sistem robotik ini juga digerakkan dengan tenaga listrik, sehingga alat akan terus terhubung dengan listrik.

 

Pihaknya pun berharap kehadiran Cultim 1.0 ini bisa mempermudah untuk mengumpulkan warga Banjar.

 

Selain menerima hibah Cultim 1.0 ini, Banjar Puri Candra Asri juga menjalin MoU dengan kampus STIKI Bali.

 

“Banjar kami akan menjadi banjar binaan kampus. Disamping memberikan hibah aplikasi teknologi, kedepan juga akan semakin sering digelar bimbingan teknologi gratis pada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (*)

Hampir setiap balai banjar di Bali memiliki bale kulkul, atau bale tempat meletakkan kentongan.

 

Bale itu biasanya dibangun tinggi dan dipukul apabila ada urusan kemasyarakatan.

 

Kini, ada robot canggih  pemukul kentongan hibahan anak STIKI Bali. Seperti apa?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

 

BALE Kulkul setinggi kurang lebih 7 meter milik warga Banjar Perumahan Puri Candra Asri di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, berdiri dekat Jalan By Pass IB Mantra.

 

Lokasi perumahan dengan 330 KK tersebut tak jauh dari pantai Lembeng.

 

Berdiri sejak tahun 1983, perubahan tersebut resmi menyandang nama Banjar Puri Candra Asri pada 1986 silam.

 

Mengambil momentum Agustusan, warga banjar itu mendapat hibah alat otomatis dari kampus STIKI (Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia) Bali yang diresmikan pada Minggu lalu (19/8).

 

Tampak ada alat berupa besi menggantung di ujung bale kulkul. Alat itu juga memegang pemukul.

 

Ketika diminta, maka kulkul di bale itu bisa berbunyi otomatis.

 

Menurut Kelian Banjar Puri Candra Asri, Made Aswin Sugihartana, warganya mendapat robot pembunyi kulkul bernama Cultim 1.0.

 

Meski termasuk banjar non definitif, Puri Candra Asri memiliki sistem adat istiadat layaknya banjar adat lain.

 

Termasuk salah satunya Bale Kukul, yang berfungsi sebagai sarana komunikasi tradisional.

 

“Kalau biasanya ada warga yang naik membunyikan (memukul, red), kini peran itu digantikan oleh sistem elektronik robotik,” jelasnya, Senin (20/8).

 

Menurut Made Aswin sangat terbantu dengan Cultim 1.0 ini.

 

Seiring perkembangan zaman, kata dia, manusia tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Terlebih teknologi bisa diaplikasikan untuk budaya Bali.

 

“Tentu sangat terbantu. Misalnya dalam situasi darurat, meskipun saya sedang ada di luar banjar bisa dengan segera mengirim pesan ke robot untuk membunyikan kulkul bulus (suara pukulan berulang kali tanda bahaya, red),” jelasnya.

 

Disamping itu, misalnya ketika ada gempa terjadi.

 

Rasanya tidak mungkin ada warga yang berani naik untuk memukul suara kulkul bulus tanda bahaya.

 

“Maka tinggal mengirimkan pesan ke alat itu, sehingga berbunyi otomatis,” jelasnya.

 

Made Aswin menjelaskan cara kerja robot itu. Robot tersebut punya nomor semacam nomor kartu SIM.

 

Selanjutnya, di alat itu sudah tersimpan nomor kelian. Jadi ketika kelian ingin mengaktifkan robot, tinggal mengirimkan pesan singkat (SMS) ke robot.

 

“Sebelum kirim SMS, ada kode untuk membunyikan mau suara bagaimana,” jelasnya.

 

Untuk suara kulkul biasa, ada kode 01. Ketika kulkul berbunyi, artinya mengumpulkan warga untuk paruman atau rapat.

 

Selanjutnya, kode 02 untuk suara kulkul kematian, dan kode 03 untuk situasi darurat.

 

“Sudah diujicoba dan berhasil,” jelasnya.

 

Selain Kelihan Adat dan Kelian Dusun, sebetulnya nomor seluruh warga bisa terprogram untuk bisa mengirim perintah pada robot.

 

Hanya saja, untuk menghindari penyalahgunaan hanya diprogram nomor handphone kedua kelihan. Sistem robotik ini juga digerakkan dengan tenaga listrik, sehingga alat akan terus terhubung dengan listrik.

 

Pihaknya pun berharap kehadiran Cultim 1.0 ini bisa mempermudah untuk mengumpulkan warga Banjar.

 

Selain menerima hibah Cultim 1.0 ini, Banjar Puri Candra Asri juga menjalin MoU dengan kampus STIKI Bali.

 

“Banjar kami akan menjadi banjar binaan kampus. Disamping memberikan hibah aplikasi teknologi, kedepan juga akan semakin sering digelar bimbingan teknologi gratis pada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/