RadarBali.com – Kondisi Gunung Agung yang masih awas membuat pengusaha galian C di Karangasem gigit jari. T
erlebih para penambang tersebut dilarang melakukan aktifitas bahkan sampai di pasang portal dan dijaga warga. Akibatnya banyak pengusaha galian C yang gigit jari.
Mereka rugi karena tidak bisa beraktivitas sementara pihak pengusaha tetap harus membayar kredit ke bank.
Karena sebagian besar pengusaha galian juga meminjam uang di bank untuk modal usaha terutama membeli alat berat dan yang lainya.
Tidak hanya pengusaha saja yang kelimpungan. Para pekerja di sektor galian C juga terpaksa nganggur. Parahnya lagi mereka juga punya hutang atau kredit.
Pengusaha di wilayah Kubu misalnya mengaku pusing karena di kejar-kejar kredit. “Ya, kami terikat leasing, sementara sekarang tidak bisa bekerja. Pihak bank juga tidak mau tahu,” ujar Ketut Dayuh, salah seorang pengusaha galian C.
Jika kondisi ini berlangsung terus maka mereka siap – siap gulung tikar. Sopir galian C juga tak kalah pusing. Seperti pengakuan Gede Dode, sopir asal Subagan.
Dia mengaku stres karena wajib bayar cicilan kredit truk. Di lain sisi, truknya tak bisa digunakan untuk mencari uang.
“Kami orang kecil. Kami harap pemerintah ikut memikirkan masalah ini. Minimal mencarikan solusi,” papar Gede Dode.
Menurutnya, ada beberapa solusi bisa ditempuh. Salah satunya dengan membuat tempat penimbunan galian C di areal perbatasan.
Sehingga pengambilan pasir tidak mengganggu evakuasi. Nanti pengusaha yang mendrop pasir di perbatasan. Sementara truk dari luar hanya boleh mengambil pasir di pengepul.
Bukan hanya pekerja dan pengusaha yang pengeng. Pemkab Karangasem tak kalah pusing. Pasalnya, PAD mereka paling banyak disumbang dari sektor galian C