26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:54 AM WIB

Temuan Artefak di Bondalem Indikasi Bali Jadi Jalur Perdagangan Dunia

SINGARAJA – Dinas Kebudayaan Buleleng menanti proses penelitian yang akan dilakukan Balai Arkeologi, terhadap enam fragmen yang diduga artefak sejarah di perairan Desa Bondalem.

Hasil penelitian itu akan menjadi referensi dan bahan pertimbangan sebelum pemerintah mengambil langkah strategis dalam hal pelestarian dan perlindungan.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Denpasar.

Harapannya Balai Arkeologi bisa segera melakukan penelitian terkait benda yang diduga artefak sejarah itu.

“Sudah kami koordinasikan. Tim dari balai arkeologi belum turun, karena masih mengatur jadwal. Kami fragmen ini bisa diteliti, sebelum kami memutuskan langkah strategis apa yang akan diambil,” kata Gede Komang.

Menurutnya apabila fragmen tersebut benar-benar sebuah artefak, lebih lagi dari masa sebelum masehi, maka temuan itu termasuk sangat langka.

Selama ini belum banyak artefak yang ditemukan di bawah laut. Hal itu juga menguatkan dugaan bahwa kawasan Tejakula, mulai dari Sambirenteng hingga Pacung adalah kawasan strategis jalur perdagangan di masa itu.

Apabila benar sebuah artefak, tak menutup kemungkinan nantinya lokasi penemuan artefak itu akan diusulkan menjadi sebuah kawasan khusus. Sehingga perlindungan benda sejarah itu bisa dilakukan secara optimal.

“Kemarin kan baru dari BPCB. Kami tunggu dulu dari Balai Arkeologi seperti apa. Kalau arkeologi bilang memang benar artefak, langsung kami duduk bersama dengan BPCB mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, benda diduga artefak sejarah ditemukan di perairan Desa Bondalem.

Benda itu ditemukan pada kedalaman lima meter, di sekitar kawasan Pura Dalem Desa Bondalem. Diduga kuat artefak itu berasal dari masa 200-150 tahun sebelum masehi.

Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali sempat mendatangi lokasi tersebut. Meski belum bisa memastikan kebenaran artefak itu, BPCB menyarankan agar benda dibiarkan di bawah laut.

Sebab jika diangkat ke permukaan, kemungkinan besar benda itu akan rapuh dan mengalami kerusakan. 

SINGARAJA – Dinas Kebudayaan Buleleng menanti proses penelitian yang akan dilakukan Balai Arkeologi, terhadap enam fragmen yang diduga artefak sejarah di perairan Desa Bondalem.

Hasil penelitian itu akan menjadi referensi dan bahan pertimbangan sebelum pemerintah mengambil langkah strategis dalam hal pelestarian dan perlindungan.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Denpasar.

Harapannya Balai Arkeologi bisa segera melakukan penelitian terkait benda yang diduga artefak sejarah itu.

“Sudah kami koordinasikan. Tim dari balai arkeologi belum turun, karena masih mengatur jadwal. Kami fragmen ini bisa diteliti, sebelum kami memutuskan langkah strategis apa yang akan diambil,” kata Gede Komang.

Menurutnya apabila fragmen tersebut benar-benar sebuah artefak, lebih lagi dari masa sebelum masehi, maka temuan itu termasuk sangat langka.

Selama ini belum banyak artefak yang ditemukan di bawah laut. Hal itu juga menguatkan dugaan bahwa kawasan Tejakula, mulai dari Sambirenteng hingga Pacung adalah kawasan strategis jalur perdagangan di masa itu.

Apabila benar sebuah artefak, tak menutup kemungkinan nantinya lokasi penemuan artefak itu akan diusulkan menjadi sebuah kawasan khusus. Sehingga perlindungan benda sejarah itu bisa dilakukan secara optimal.

“Kemarin kan baru dari BPCB. Kami tunggu dulu dari Balai Arkeologi seperti apa. Kalau arkeologi bilang memang benar artefak, langsung kami duduk bersama dengan BPCB mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, benda diduga artefak sejarah ditemukan di perairan Desa Bondalem.

Benda itu ditemukan pada kedalaman lima meter, di sekitar kawasan Pura Dalem Desa Bondalem. Diduga kuat artefak itu berasal dari masa 200-150 tahun sebelum masehi.

Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali sempat mendatangi lokasi tersebut. Meski belum bisa memastikan kebenaran artefak itu, BPCB menyarankan agar benda dibiarkan di bawah laut.

Sebab jika diangkat ke permukaan, kemungkinan besar benda itu akan rapuh dan mengalami kerusakan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/