SUKASADA – Proyek shortcut titik 5-6 yang kini tengah dikerjakan, menunjukkan progress positif. Proyek tersebut diyakini bisa tuntas lebih awal.
Sehingga jalur itu juga bisa digunakan masyarakat lebih awal, setelah inspeksi keselamatan tuntas dilakukan.
Namun, masih ada sejumlah kendala yang kini dihadapi di lapangan. Salah satunya kebutuhan lahan yang membengkak, terutama di zona 3 pekerjaan.
Di zona tersebut, ternyata tebing yang diterap cukup tinggi. Demi keamanan, maka lahan warga yang ada di sekitarnya pun akan terdampak.
Kini proses pembebasan lahan disebut sudah masuk dalam tahap appraisal. Nantinya pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pemprov Bali.
Khusus untuk penataan tebing, Pejabat Pembuat Komitmen Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (PPK BBPJN) Wilayah VIII Ketut Payun Astapa mengaku sudah melakukan hitung-hitungan secara konstruksi maupun geologi.
Pada ketinggian rendah, maka tanah cukup ditanami rumput saja. Rumput itu dipastikan bisa menahan erosi.
Sementara bila kemiringan cukup tinggi, maka pelaksana proyek akan melakukan rekayasa konstruksi. Salah satunya dengan teknik soil nailing.
“Kalau hanya 1-2 terap, secara hitung-hitungan, rumput yang kami tanam saja sudah cukup menahan erosi. Nah, kita ada yang paling tinggi itu sampai 7 terap.
Kami optimistis bisa menahan potensi longsor. Sebab secara teknis, masih mampu ditangani soil nailing tadi,” imbuhnya.
Sekadar diketahui, proyek shortcut mulai dikerjakan sejak tahun lalu. Proyek ini dimenangkan PT. Adhi Karya dengan nilai penawaran Rp 140,68 miliar.
Sesuai dokumen kontrak, proyek harus sudah tuntas pada 31 Desember 2019 mendatang.