RadarBali.com – Pilihan sulit harus diambil warga di kawasan rawan bencana (KRB) III. Mereka harus mengungsi menghindari potensi bahaya letupan Gunung Agung.
Berat, itu pasti. Apalagi, mereka harus meninggalkan tanah kelahirannya. Belum lagi meninggalkan hewan ternaknya. Itu yang dirasakan Wayan Dharma Yasa, warga Sebudi, Selat.
Dia mengaku terpaksa meninggalkan puluhan ekor hewan ternaknya. Seperti tiga ekor sapi dan 50 ekor ayam.
Dengan kondisi warga Karangasem yang begitu panik, pasalnya dimanfaatkan para saudagar untuk membeli binatang peliharaan para pengungsi dengan harga yang sangat murah.
“Saya tidak sempat jual karena terburu-buru. Selain itu harga yang ditawarkan juga sangat murah, bisa setengah harga dari harga pasar. Kalau sapi harga pasar Rp 10 juta, ditawar bisa sampai Rp 4 juta per ekor,” ujar Keyeg.
Perasaan was-was membuat dirinya tidak bekerja selama satu minggu belakangan ini. Sehingga dia terpaksa harus meminjam kepada sanak keluarganya.
“Kondisi saya tidak punya. Jadi saya pinjam uang dulu ke keluarga yang lebih punya,” tandasnya. Sama halnya dengan dirinya, anak-anaknya pun sudah tidak bersekolah sejak seminggu yang lalu karena kondisi tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan, warga Dusun Pura, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Ni Kadek Viri, 41 saat ditemui di asram Sri- Sri Radha Kunjavihari, Desa Paksebali.
Menurut warga yang mengungsi secara mandiri ini, warga menjual harga ternak sapi maupun babinya dengan harga murah karena bingung akan menitipkan ternaknya ke mana jika tidak menjual ternaknya saat ini juga.
Selain itu, kalau dijual ke Pasar Hewan Beringkit dimungkinkan akan tidak laku karena tidak memiliki pelanggan. “Kalau tidak dijual, masak mau dibawa ke pengungsian,” terang ibu tiga orang anak itu.